Kemarin, senin malam tepatnya selepas magrib saya dan suami
mengunjungi seorang sahabat yang mulai saya kenal enam tahun yang lalu tepatnya
saat saya mulai menginjakan kaki sebagai seorang perantau di ibukota tercinta
ini. Bahkan bisa dibilang dialah satu-satunya sahabat baik saya pada
tahun-tahun pertama saya hidup di Jakarta. Dia adalah sahabat tempat saya
curhat dalam segala hal, bahkan saat saya harus berurai air mata karena masalah
cinta pun dialah tempat saya lari (hehehe….curcol).
Hingga akhirnya amal
tahun 2009 dia memutuskan untuk kerja sebagai BMI di Taiwan. Sebenarnya ini
bukan pengalaman pertamanya jadi BMI, tapi yang pertama dia kurang beruntung. Saat
kontrak belum selesai bahkan belum ada satu tahun berjalan sang majikan
mengalami PHK diperusahaan tempat bekerja sehingga sahabat saya pun dipulangkan
karena sang majikan merasa tidak sanggup lagi untuk membayar gajinya sebagai
pekerja rumah tangga.
Pada keberangkatan keduanya kali ini sebagai BMI di Taiwan
sahabat saya sempat mengalami masalah. Yang mana dia tidak betah ditempat
majikan pertamanya. Lingungan kerja yang tidak kondisif membuatnya minta
dicarikan majikan baru. Dan beruntung dia tidak butuh waktu lama untuk mendapat
tempat baru yang Alhamdulillah dia bisa menjalaninya hingga masa kontrak
berakhir selama tiga tahun. Dan oleh majikannya dia diminta untuk bekerja
kembali dengan kontrak atau Visa baru dengan masa kontrak dua tahun kedepan.
Pertengahan mei lalu dia mendapat cuti pulang untuk mengurus
dokumen baru untuk kontrak dua tahun kedepan. Dan dimasa cuti yang singkat ini,
dia juga menggunakannya untuk menikah dengan kekasihnya yang berasal dari
daerah yang sama dengannya. Mereka hanya meresmikannya secara sederhana pada
upacara ijab khobul yang dilaksanakan akkhir mei lalu.
Dan hari ini tanggal 6 Juni 2012 pukul 02.00 WIB dia kembali
menaiki burung besi sebuah maskapai China yang siap membawanya terbang kembali
ke Taiwan untuk kerja, mencari sedikit rejeki yang lebih banyak dari yang
mungkin bisa didapatya jika hanya bekerja didalam negeri.
Saya pribadi sebenarnya sangat tidak suka gaya hidup ini,
yang mana tidak hanya dijalani oleh sahabat saya. Tapi juga beberapa saudara
saya. Bahkan kini dua keponakan saya juga masih menjalani kehidupan ini. Yaitu menikah
dimasa cuti mereka dari pekerjaannya diluar negeri sebagai BMI, dan tidak lama
kemudian, bahkan tidak sampai satu bulan mereka sudah harus berpisah karena
harus kembali pada panggilan tugas sebagai seorng manusia yang harus bekerja
memenuhi tuntutan hidup dan pekerjaan yang dipilih adalah sebagai BMI. Yang mana
masa-masa indah sebagai pengantin baru harusnya dinikmati berdua dengan indah
dan senang, harus rela ditunda hingga dua tahun kedepan. Masa yang seharusnya
bisa digunakan untuk lebih saling mengenal lebih dalam lagi pada kebiasaan
masing-masing, dan saling belajar lagi akan sebuah kehidupan rumah tangga yang
sebenarnya harus ditunda. Dan tidak sedikit dari mereka yang mengalami
kegagalan, contohnya adalah salah satu keponakan saya sendiri. Tapi apa daya
keadaan mengharuskan demikian.
Sahabat saya ini menurut saya adalah orang yang tergolong
cerdas. Dia supel, mudah bergaul, mudah mempelajari hal-hal baru dan juga punya
jiwa bisnis yang lumayan bagus. Dari kebersamaan kami salam hampir tiga tahun
sebelum keberangkatannya ke Taiwan, yang mana dia menjalani kehidupannya
sebagai seorang pedagang kecil-kecilan sebenarnya sudah terlihat bakat besarnya
sebagai seorang pedagang yang cukup mumpuni. Saat belum pulang cuti saya sempat
bertanya apa dia tidak tertarik untuk membuka usaha sendiri, apa saja bidangnya
karena dia sebenarnya mampu untuk itu. Dan dia menjawab bahwa itu memang
cita-citanya. Tapi untuk sekarang modal yang dimilikinya belum mencukupi dan
dia ingin memaksimalkan modal. Selain karena sayang dengan kesempatan yang ada.
Yaitu majikannya yang masih membutuhkannya tentu sebuah kesempatan yang sayang untuk
dilewatkan.
Seperti yang kita tahu, dari tahun ketahun jumlah masyarakat
Indonesia terutama wanita yang berlomba-lomba untuk bekerja sebagai BMI terus
meningkat. Hingga bisa dibilang kesempatan untuk mendapatkan tempat atau
majikan dengan cepat sekarang tergolong sulit. Seperti yang dialami sahabat
saya yang lain yang saat ini sudah hampir sepuluh bulan berada disebuah PJTKI
di Bekasi belum juga berangkat kenegara yang diinginkannya karena PT nya belum
mendapatkan majikan untuknya. Dan semakin lama di PT semakin besar pula biaya
yang harus dikeluarkan untuk kebutuhan sehari-hari selama di PT. Berarti semakin
lama dan besar pula potongan gaji yang harus diterima saat nanti sudah bekerja.
Karena inilah, sahabat saya tidak mau melepaskan kesempatan ini, selain karena
dia juga sudah merasa cocok dan kerasan bekerja ditempat majikannya sekarang.
Pada pertemuan singkat tadi malam saya sengaja tidak ingin
memeluknya terlalu lama, takut sedih dan menghadirkan suasana yang terlalu
sentimantil. Meski sebenarnya saya benar-benar sedih melihat kondisinya yang
kucel dan lelah karena selama dua hari ini dia didampingi suaminya sibuk kesana
kemari mengurus berbagai dokumen yang diperlukan. Ditambah dengan melihat
tubuhnya yang hampir tiga tahun ini tidak saya jumpai. Bukanya tambah bagus dan
terlihat sehat tapi malah terlihat makin kurus dan kecil. Tiga tahun yang lalu saat
terakhir menjumpainya di PJTKI yang berada di Jakarta Barat beberapa hari
sebelum dia berangkat, kulitnya terlihat bersih dan segar, sekarang justru
terlihat makin gelap dan kusam. Tapi ya, semua dari kita tahu bagaimana
beratnya kehidupan seorang BMI dinegara perantauan. Meski uang yang didapat
lebih banyak, tapi tetap saja tidak bisa menutupi rasa kesepian dan rindu akan
keluarga dan tanah air yang pasti juga akan berpengaruh kekondisi fisik
lahiriahnya.
Hingga akhirnya saya hanya bisa mendo’akan semoga apa yang
dicita-citakannya tercapai. Rumah tangganya bahagia hingga dua tahun kedepan
saat mereka kembali berkumpul bersama. Dan saya ingin suatu saat setelah
kembali dari Taiwan dan membangun masa depannya kembali ditanah air tercinta
ini dia bisa sukses dalam berbagai aspek kehidupannya. Terutama pada kehidupan
ekonominya. Bukankah itu salah satu alasan dan tujuannya merantau bukan? Hingga
suatu saat beberapa tahun kedepan saya berharap dan berkeinginan bisa
menghadirkan profilnya kembali disini sabagai salah satu BMI yang bisa memberi inpirasi bagi yang lainnya karena kesuksesannya
dalam berbagai aspek kehidupanyang saat ini sedang diperjuangkannya.
Sekali lagi selamat jalan sahabatku sayang,
semoga selamat sampai tujuan. Dan sampai jumpa lagi dua tahun yang akan datang. Kamu
adalah salah satu dari beberapa sahabat terbaik yang aku miliki.
iya, bisa dibilang pertama kali jadi mahkluk perantauan dialah sahabat terbaik saya mas!
BalasHapus