Internet Anak : Peran Orang Tua Yang Utama








Pengalaman Pribadi

Terjadi di ruang BP SMPN 55 Tanjung Priok yang di dalamnya ada seorang guru BP dan tiga orang Wali Murid yang salah satunya adalah saya. Dua orang lagi ibu-ibu yang sudah lumayan berumur yang mana dandanan keduanya hampir sama persis yaitu sama-sama mentereng dan terlihat kaya yang selanjutnya saya sebut Ibu 1 dan Ibu 2. Saya mewakili siswa bernama Siti Sarifah cucu dari pemilik rumah kontrakan yang saya tinggali.

Di SMPN 55 baru saja dilakukan razia HP pada seluruh siswanya. Yang ketahuan membawa HP ke sekolah langsung diambil oleh guru BP. Karena dari awal sekolah sudah menerapkan peraturan siswa dilarang membawa HP ke sekolah dengan pertimbangan akan mengganggu konsentrasi si anak saat mengikuti kegiatan belajar. Karena ada keperluan lain Ibu kontrakan yang sudah tua minta tolong pada saya untuk menghadiri panggilan tersebut.


Guru BP : Wali Siti Sarifah?
Saya : saya Bu
Dan guru BP menyerahkan sebuah HP merek terkenal dari Korea kepada saya. HP dengan tipe jadul tapi sudah 3G dan bisa untuk berinternet ria.
Guru BP : Bu tolong diperhatikan putrinya supaya tidak membawa HP ke sekolah. Karena diwaktu belajar pun dia masih saja membuka internet. Meski yang dibuka sekedar berita hiburan Kpop, tapi tetap saja mengganggu konsentrasinya mengikuti pelajaran. Masa gurunya menerangkan di depan dia asyik memandang foto artis Korea di layar HP.
Saya : iya bu, saya minta maaf atas kelalaian kami sekeluarga.

Kemudian guru BP kembali memilah beberapa HP di dalam plastik yang beliau bawa.

Guru BP : Wali murid Minul (nama saya samarkan)
Ibu 1 : iya saya Bu
Guru BP : ini anak ibu HP nya masih SMP saja bagus sekali ya, bahkan lebih bagus dari punya gurunya. 
Guru BP menyerahkan sebuah smartphone terkenal dengan tipe yang bahkan lebih mahal dari punya saya. Si Ibu 1 hanya mesem menerima HP tersebut yang sudah dalam kondisi mati karena baterainya low.


Ibu 1 : habis anaknya memaksa minta dibelikan yang begini, katanya lebih canggih dan ngambek kalau tidak dituruti

Guru BP : aduh ibu kan orang tuanya, seharusnya bisa memberi pengertian ke anaknya apa yang lebih penting dan lebih prioritas untuknya saat ini. Orang tua kalau benar tidak boleh kalah sama anak. Dan satu lagi, HP putri ibu ada passwordnya dan tidak bisa dibuka. Jadi saya juga tidak tahu ada apa saja di dalamnya. Untuk membuka passwordnya dengan paksa kami merasa bukan kewajiban pihak sekolah, tapi orang tualah yang lebih berhak dan berkewajiban untuk melakukannya. Juga sebagai bentuk tanggung jawab dan pendampingan.


Ibu 1 (dengan setengah curhat menjawab) : apa itu password HP bu? Lagipula kalau di rumah dia tidak mengijinkan siapapun menyentuh HPnya. Bahkan tidur pun dibawa. Kalau di tegur Minul marah. Kalau sudah demikian saya memilih diam daripada ribut.

Dan jawaban tersebut kembali menyulut ceramah panjang lebar Guru BP yang menjelaskan tanggung jawab orang tua terhadap anaknya dalam mendampingi menggunakan HP dengan positif sesuai fungsinya dan dampak-dampak negatifnya bila orang tua lalai.

Dan hal pengalaman tersebut sama persis dengan yang terjadi pada Ibu 2. Sama-sama Ibu gaptek yang tahunya hanya membelikan anaknya barang mewah tanpa paham fungsi dan tanggung jawab yang sangat prinsipil lainnya.

************
 

Trend saat ini memang dengan cepat berubah dan berkembang sesuai dengan kebutuhan dan permintaan pasar termasuk internet mobile berkembang sangat pesat karena setiap pengguna internet sekarang selalu ingin terhubung dan terkoneksi tanpa putus setiap saat dan waktu maka dipilihlah mobile internet yang mudah dan praktis dibawa kemanapun. Dan ini juga berlaku pada anak-anak. Dimana mereka merasa lebih nyaman menenteng HP pintar kemanapun dan di manapun.

Dan seperti sebuah kebiasaan yang membudaya, masih banyak para orang tua terutama di Indonesia lebih mengedepankan lifestyle untuk anaknya dimana mereka bangga saat anaknya terlihat mentereng sama dengan teman-temannya atau bahkan melebihi yang lain soal kemewahan. Sehingga tanpa pikir panjang berani mengeluarkan uang dalam jumlah besar untuk memenuhi keinginan anak tanpa memperhatikan dampak panjangnya. Atau terkadang orang tua terlalu sibuk dan tidak ingin diganggu sehingga dengan mudah akan memberikan semua permintaan anak tanpa berpikir dampak panjanganya yang tidak semua positif.

Seperti kita semua tahu, di jaman canggih dan di era Digital seperti sekarang memiliki HP pintar dengan segudang aplikasi dengan berbagai fungsi itu seperti sebuah kewajiban. Baik bagi orang dewasa untuk memudahkan pekerjaan dan membantu mobilitas kehidupan sehari-hari maupun untuk anak-anak yang sekedar mencari hiburan, hingga untuk belajar dan mencari tahu banyak hal.


Mbak Shita Laksmi (Foto : FB Dari Perempuan)
Tapi di sisi lain kita juga tahu, internet yang digunakan untuk memfungsikan semua aplikasi di HP pintar bersifat seperti pisau tajam yang memiliki dua fungsi berlawanan. Akan berguna saat digunakan oleh ibu dan mbak di dapur, tapi juga akan melukai bila salah menggunakannya. Dan kita juga tahu banyak peristiwa mengerikan terjadi pada anak berawal dari pengalaman si anak berinternet tanpa pengawasan orang tua. Kekerasan, pornografi, perdagangan manusia dan lain-lain.
  
Untuk melarang atau menjauhkan anak agar tidak berinternet sama sekali saya rasa juga bukan sebuah keptusan yang tepat Karena banyak hal positif yang bisa didapat dari sana. Seorang anak bisa mencari informasi bermanfaat yang bisa digunakannya untuk belajar dan mengembangkan diri. Ditambah jaman sekarang tentu sudah berbeda dengan jaman kita dulu saat anak-anak. Istilahnya anak sekarang adalah Anak Generasi Z yang baru lahir dari rahim ibu sudah langsung bersentuhan dengan internet dan gadget secara langsung di narsiskan orang tuanya di sosmed. Ini istilah mas Elga :)


Mas Elga (Foto : Pribadi)


Dan mendiskusikan dengan para ahli yang berkecimpung di dunia internet tentang penggunaan internet yang positif dan bermanfaat untuk anak memang selalu menjadi topic yang seksi karena di Indonesia masih banyak hal memprihatinkan sering terjadi yang berhubungan dengan internet dan anak. Karena itu pula saya tertarik hadir di acara #dpTalk beberapa waktu lalu dengan nara sumber Ibu Shita Laksmi dan Mas Elga Yulwardian dari Indosat dengan tema Peran Orang Tua Mengantisipasi Dampak Trend Mobile Internet Terhadap Perkembangan Anak.


Disini Bu Shita dan mas Elga memberikan pandangan dan tips serta pengalaman mereka tentang internet dan anak. Dan saya setuju serta mengamini semua materi yang mereka sampaikan. Yang mana kesimpulannya dari acara #dpTalk adalah peran penting sebenarnya ada pada orang tua yang mana bersedia membelikan harusnya juga bertanggung jawab pada penggunaaannya. Dalam artian, setelah membelikan anak HP pintar maka orang tua berkewajiban mendapingi dan memberikan pengertian pada anak tentang penggunaan positif internet. Meski ada aplikasi parental control pada HP pintar yang beredar di pasaran sekarang tapi orang tua dengan kasih sayang dan perhatiannya tetap control yang utama dan terpenting. Orang tua diantaranya harus menerapkan batasan dan waktu dalam penggunaan, karena apapun itu yang sifatnya berlebihan pasti akan berakibat buruk termasuk saat berlebihan menggunakan internet. Memberi dan mengajarkan tanggung jawab pada anak sejak dini salah satu contoh mengijinkan anak bermain HP pintarnya bila sudah melaksanakan tanggung jawab di rumah dan semua harus dilaksanakan dengan konsisten. Dan yang paling penting adalah contoh yang baik dari diri sendiri. Kan tidak mungkin kita sebagai orang tua melarang anak untuk berlama-lama berselancar internet tapi kita sendiri kecanduan sampai lupa waktu ya…! Jadi sebagai orang tua berilah contoh yang baik ya… J

Kenangan Saat Penyuluhan Dampak Internet


Selain mencontohkan yang baik orang tua juga harus lebih pintar selangkah dari anak agar jangan sampai anak mencari tahu di tempat yang salah karena orang tuanya sendiri tidak tahu jawabanannya saat ditanya. Membaur dengan dunia anak juga penting. Contoh saat anak kita suka Kpop, sebagai orang tua saya rasa kita juga harus aktif mrncari tahu dan belajar tentang apa kesukaannya. Jangan pernah berpikir “malu sama umur” dan berpikir ikut lebay atau alay karena semua untuk kebaikan anak, yang penting adalah menempatkan diri sesuai porsinya.

Blogger dan Konten Positif

Sebagai blogger terutama perempuan yang sudah memiliki putra dan putri kita patut bersyukur meski bukan ahli IT tapi secara umum tahu dasar-dasar internet dengan berbagai dampak-dampaknya dan yang paling penting sebagai salah satu orang yang bisa menghadirkan kebaikan melalui konten tang kita hadirkan di Internet. Baik melalui blog maupun media sosial. Keran itu mari terus menghadirkan konten positif selain untuk menorehkan sejarah untuk kebanggan anak cucu, mari juga saling berbagi dengan orang lain yang membaca blog kita. Berbagi kebaikan dan manfaat.
Dan tak ketinggalan berbagi ilmu di dunia nyata. Seperti kita tahu banyak orang tua diluar sana yang masih butuh motivasi dan inspirasi untuk belajar berbagi melalui internet. Bahkan masih banyak pula yang belum tersentuh teknologi ini dengan berbagai alasan. Meski sulit seperti yang saya alami, dimana mereka mayoritas pesimis bahkan menganggap internet tidak penting, tapi tidak pernah membuat saya patah semangat untuk terus member penjelasan tentang pentingnya internet dalam keseharian meski hanya bagi seorang ibu rumah tangga.

Jadi,mari terus berbagi konten positif.


6 komentar

  1. emak-emak juga harus gaul ya di dunia maya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul banget itu mak, supaya selalu update :)

      Hapus
  2. Saya aja kerepotan mengawasi adik saya yang abegeh. Baru kelas 3 SMP aja sudah bawa smartphone terbaru. Karena mamah juga gaptek, jadilah saya yang sering cek n ricek handphone. Untungnya sih dia juga banyak tanya sama saya, jadilah saya juga memberitahu mana saja yang boleh dan tidak.

    Makasih infonya, Mak

    BalasHapus
    Balasan
    1. tetap semangattt say...itu adalah salah satu tanggung jawab kita :)

      Hapus

Terima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan komentar ^_^