Image by Olive Bendon |
Sekarang waktunya menghayal,
alias bermimpi. Eh, terlalu abstrak untuk di wujudkan kata ponakanku. Jadi
ganti saja dengan “Merangkai Cita-cita”. Yah, sebuah keinginan, kejadian atau
apalah nama dan bahasanya. Yang pasti sesuatu yang diinginkan.
Jadi ceritanya mak Indah Nuria
sebelum go ke Benua seberang nan jauh di mata tapi pastinya tetap dekat di
hati, lebih dulu membagikan koleksi barang-barang kecenya dalam sebuah GA. Yang
mana kita diminta menulis tentang sebuah tempat impian yang sangat ingin dikunjungi.
Bisa yang sudah tercapai atau yang baru direncanakan atau cita-citakan.
Masa kecil hingga lulus SMA saya
jalani di sebuah Kabupaten kecil di Kalimantan Selatan. Tepatnya Pelaihari,
Tanah Laut. Tinggal disebuah kampung multi etnis dengan tetangga sesama
perantau dari beberapa suku di Indonesia itu sangat menyenangkan. Karena setiap
saat akan mendengar cerita menarik yang berbeda tentang budaya masing-masing.
Nah…salah satu tetangga dekat tepatnya sebelah rumah yang jaraknya hanya
sekitar 5-10 meter adalah keluarga asli Toraja.
Image by Olive Bendon |
Wooo…sudah
langsung tahu kan tempat impian saya untuk dikunjungi mana? Yup. Tanah Toraja.
Setiap saat tetangga yang anak bungsunya seusia saya bernama Mariana dan jadi
sahabat sejak piyik-piyik hingga
sekarang saat sudah jadi emak-emak selalu bercerita tentang suku, adat dan
budaya mereka. Jadi sejak belum masuk jaman digital “akut” seperti sekarang
saya sudah tahu dari keluarga Toraja ini betapa menariknya tanah leluhur
mereka. Dan saat itu stasiun TV Nasional TVRI dalam program Siaran Pedesaan
menayangkan keindahan dan keunikan tempat ini. Meski ada juga perasaan seram,
jenasah disimpan booo!
Image by Olive Bendon |
Kenapa disimpan? Menurut cerita
yang saya ingat dari keluarga Mariana salah satunya adalah besarnya biaya yang
dibutuhkan untuk prosesi pemakaman yang sesuai dengan adat Budaya di Tana
Toraja. Karena itu jenasah disimpan terlebih dahulu sambil menunggu biaya
cukup. Bahkan terkadang sampai jenasah sudah menjadi tulang belulang. Karena
tempat penyimpanan berupa bukit dan goa yang terbatas maka jenasah yang sudah
jadi tulang belulang diselip-selipkan dengan posisi bertumpuka-tumpuk di
bagian-bagian celah Goa dan Bukit.
Dari cerita keluarga Mariana juga
saya tahu daerah Tana Toraja adalah perbukitan yang indah meski untuk mencapai
kesana dari Makasar (Ujung Pandang) masih harus ditempuh berjam-jam lagi. Dan
sejak itulah saya membayangkan dan menyimpan keinginan suatu saat kalau sudah
dewasa dan punya duit sendiri sangat ingin megunjungi Tana Toraja.
Dan dijaman digital sekarang,
jaman blog dan jurnalis warga mulai merasuki seluruh sendi masyarakat, tulisan
promosi tempat wisata seluruh Indonesia pun mulai terangkat dan tentu saja Tana
Toraja adalah salah satu tempat wisata ikut berseliweran di berbagai situs
online. Mulai portal online hingga situs pribadi. Maka keinginan jaman masih
SMP kembali muncul. Melihat banyak tulisan wisata tentang Toraja membuat
keinginan suatu saat bisa ke sana kembali menggebu.
Tapi tidak dipungkiri saat
melihat postingan tempat wisata lain yang tak kalah indah semacam ada
pertanyaan “sebenarnya apa yang ingin aku lihat dengan antusias di sana? Apa
istimewanya? Atau hanya sekedar keinginan sesaat seorang remaja yang hanya
berupa euforia sesaat?” Tapi kegiatan browsing dan membaca tentang eksotisme
Tana Toraja tetap tak berhenti.
Dan tulisan yang saya baca soal
Tana Toraja diantaranya adalah tulisan ciamik Olive Bendon, blogger traveler
yang berdarah Toraja. Ditambah Olive adalah Travel Blogger yang tidak hanya
berkutat pada keindahan alam semata tapi juga bisa dengan detail menjabarkan
sejarah suatu tempat yang dikunjunginya sehingga membaca tulisannya tentang
berbagai tempat wisata yang pernah dikunjunginya bagai melhat langsung tempat
tersebut.
Hingga makin hari saya menemukan
banyak tulisan yang sangat menarik tentang Tana Toraja. Di mana sang penulis mengulas dari berbagai sudut pandang masing-masing dengan sangat menarik dengan gambar yang ciamik. Dan dengan meihat gambar dan video beragam yang disajikan membuat sebuah kesimpulan bahwa tempat wisata ini sebenarnya mengandung pesan moral yang sangat kuat. Saat itulah saya yakin
seyakin-yakinnya kalau saya memang harus kesana suatu hari nanti. Bahkan kalau
Tuhan mengijinkan ada rejeki nomplok, bisa kesana sebelum menjelajah keindahan
alam Indonesia yang lain, Amiin!
melalui gambar dan video tentang Tana Toraja itu kita
seolah diajak berfikir saat melihat bukit peyimpanan jenasah itu bahwa “seperti
inilah kehidupan kita sesudah mati, hanya berupa onggokan tulang belulang yang
tak lagi berdaya”. Ya, secantik apapun, sekaya apapun, sehebat apapun semua
akan kembali pada Sang Maha Pencipta dengan kondisi demikian. Kalau muslim sudah pasti kita akan
dimakamkan sesuai aturan agama, tapi tetap saja di dalam kubur kita juga
nantinya hanya berupa tulang belulang yang mana hanya amal dan perbuatan kita
yang akan dilihat.
Dan akhirnya saya benar-benar
berharap semoga suatu saat nanti bisa kesana. Selain untuk melihat indahnya lanscape lukisan Tuhan berupa
perbukitan-perbukitan nan kokoh di sana, juga untuk selalu mengingat bahwa ada
hidup sesudah mati.
MyDreamyVacation
ada tengkorak, kalua kesana jalan2nya malem seru kali ya mak :)
BalasHapusPasti seru mak, karena sambil lari2an ketakutan :v :v
HapusSerius mau ke Toraja? Tapi cukup menantang tuh, mak. ta doakan supaya bisa terwujud ke sana ya. Sukses GA nya :D
BalasHapusIya, enelan pengen :D
Hapusaku sudah sempat searching dan memang penuh tantangan :D...tapi memang cantiiiik...wajiiib niih :D...makasih sudah sharing impianmu ya maaak...ajak iakuuu ya kali kemariiih...merci pour votre participation :D...
BalasHapusAyukkk...barengan seperti di Yogja yuuu...<3
HapusToraja memang bagus dan unik mak
BalasHapusMak Diadjeng juga dah pernah? #ngiri lagiii deh saya
HapusMak Diadjeng juga dah pernah? #ngiri lagiii deh saya
HapusAh, Toraja... saya pingin juga lihat ritual adat di Toraja, terutama yang katanya mayat bisa berjalan itu
BalasHapusDenger2 itu hoax mas, coba ubek ajah blog OliveBendon di Obendon.com ini, akan ketemu deh penjelasan dia :D
HapusToraja memang keren, Mak :)
BalasHapusWaktu keluargaku kesana dulu, semua ga ada yg takut kecuali anaku yg nomer dua (yg kubawa kopdar di Bogor kemaren) yg minta buru2 keluar dari gua :D
Sayang, kami cuma punya waktu dua hari buat main2 ke Toraja. Kurang lama dan masih banyak tempat wisata menarik di Toraja yg ga sempet didatengin.
Semoga impiannya terwujud ya, Mak Icoel... dan gut lak buat GA-nya ^_^
Amiin, wahh kamu dah pernah kesana mak *ngiri
HapusToraja emang destinasi wajib ya mak, indah dan menantang pula. semoga terwujud keinginannya :)
BalasHapusterima kasih sudah ikut GA #dreamyvacation :)
makaciihhh mak :D
HapusAku kayaknya ga kan berani ngelayap malam-malam ke sana, mak :) eh btw itu tulang-tulangnya ga kan tertukar,kan sama jenazah sebelumnya? Soalnya diselip-selip gitu.
BalasHapusnanti klo kesana siang2 ajah kita mak, soal tulang sepertinya memang pasti tertukar-tukar deh :D
HapusToraja misterius banget ya mak Icoel
BalasHapusiya mak Tanti, misterius dan eksotis pastinya
HapusSaya juga pingin ke Tana Toraja, Mak. Banyak teman blogger di sana lho. Kalau ksna udah gak bingung ya. Hihihi
BalasHapusWah...kece, patut dicatat nih Dah, biar klo kesana sudah ga tolah-toleh ;)
HapusWah kalau aku gak pengen kesana Mak Icoel... serem ah... cari tempat lain yang banyak wisata kulinernya aja deh hehehe
BalasHapus