Sejak menginjakan kaki di Jakarta
pada awal 2006, saya dan suami tidak pernah absen untuk mudik saat lebaran. Kalau
tidak ke Jawa Timur ya Kalimantan Selatan. Tapi kondisi berbeda pada tahun 2014
ini, pada 1 Syawal 1435 H. Pertama kali, karena berbagai alasan dan kepentingan
saya dan suami memutuskan tidak mudik, menikmati lebaran untuk pertama kali di
Jakarta.
Bagaimana rasanya? Hem…awalnya
cukup sedih juga melihat tetangga, teman, terutama saat membantu persiapan keponakan
mudik. Rasanya ada sesuatu yang aneh menyelinap dalam hati. Menikmati Warakas
yang mulai sepi, lingkungan tempat tinggal mulai sepi, ditambah menyaksikan
berita mudik di TV, makin menjadi-jadi deh rasa gundah di hati. Tapi kemudian
saya berusaha kembali membangkitkan semangat untuk bisa menikamti Lebaran
dengan gembira.
Dan saat mulai bisa “menerima
kenyataan” (duh…kaya remaja galau saja :P) saya benar-benar bisa menikmati
pengalaman pertama ini yang ternyata cukup seru. Untuk pertama kali, sejak
menikah akhirnya tahu bagaimana rasanya menyiapkan Lebaran yang tidak sekedar “ritual
wajib” tahunan. Terus terang kalau mudik saya dan suami tahu beres. Kami biasanya
cukup memberi dana semampunya untuk keluarga di kampung membeli berbagai
kebutuhan Lebaran berupa berbagai makanan dan kua lebaran. Setelahnya kami
tinggal duduk manis, silaturahmi sana-sini, jalan-jalan, tinggal makan.
Tapi sekarang saat tidak mudik semua
berbeda. Karena ingin membahagiakan anak dan suami, dan menyenangkan diri
sendiri, saya putuskan memasak ketupat dan “soulmate” yaitu sayur lodeh dan
opor ayam sendiri. Yah…, 6 tahun menikah inilah pertama kali saya memasak menu Lebaran
sendiri.
Mulai membeli janur, sampai jadi
hidangan yang siap santap semua dilakukan bersama suami. Untuk hunting kue
lebaran bertiga dengan anak. Kami memilih kue kesukaan masing-masing. Suami milih
Biskuit kaleng dan kue kerupuk bawang, Alisha milih permen dan jelly gula, saya
memilih kacang telor dan nastar. Untuk minuman saya bikin es buah ala Icoel,
suami beli minuman kaleng, Alisha beli as krim. Biasanya beli bijian paling
banyak lima biji, saat disuruh ambil 1 Pak Alisha kaget dan bertanya dengan
semangat “Beneran Ma boleh beli 1 Pak?” Sesuai selera masing-masing, karena
yang akan memakannya kan kami bertiga, bahkan ketupat pun dibuat selera bersama. Sebagian beras putih, sebagian beras merah :D
Dan ternyata ini sangat
membahagiakan. Untuk pertama kali saya jadi tahu rasanya Lebaran “Wong wes
omah-omah” kalau kata orang Jawa karena biasanya saya dan suami “tahu beres”. Kebahagiaan
tak terhingga saat jalan pulang dari belanja kua Alisha dengan ceria di atas
motor berkata “Hari ini indahhhh sekali” duh ya, ternyata anak sudah mulai
besar dan bisa mengungkapkan perasaannya.
Akhirnya “Selamat Idul Fitri 1435
H, Mohon Maaf Lahir dan Batin” dari Icoel sekeluarga ya :D
mak,sekiranya saya ada salah kata saat berkomentar ataupun tulisan diblog,mohon maaf lahir batin....baarokalloh, salam buat Alisha :D
BalasHapussama-sama mak :)
HapusSerius, ini moment yang perlu dibukukan. Sebentuk Ketupat Enam Tahun. . . :D
BalasHapusMet lebaran ya, Mak. Mohon maaf lahir dan batin jugaaa.
Met lebaran juga Mak Icoel, maap lahir batin... hidangan lebarannya enyak-enyaaak
BalasHapusMet lebaran mak
BalasHapusmak Icoel..maaf lahir batin ya. :)
BalasHapusPaham sekali gimana rasanya menyiapkan lebaran sendiri. Apalagi masak-masak untuk di makan bersama keluarga tercinta. Duh,Itu moment yang luar biasa..
Salam sayang untuk Alisha.. *komentarnya bikin gemesss ;)