Mendengar kata “bully” pasti yang
pertama terpikir adalah remaja dan anak-anak, karena akhir-akhir ini banyak
kasus mencuat kepermukaan adalah kasus yang terjadi pada anak dan remaja. Dan pada
saat itu sebagai orang dewasa, terutama yang memiliki buah hati salah satunya
seperti saya langsung merasakan kuatir, ketakutan dan sebagainya. Dan mayoritas
kejadian adalah mengkuatirkan buah hati dan dunia mereka.
Dan dari semua itu, pernahkan
kita sebagai orang dewasa berpikir bahwa sebenarnya dalam dunia orang dewasa
sekalipun bully masih banyak dan sering terjadi? Terutama dalam dunia kerja.
Saat ini ada satu drama Korea
yang sedang dalam masa tayang di Negara asalnya dan belum tamat. Judulnya Misaeng Dan saya
mengikuti setiap episodenya setiap minggu. Dan saya cukup tergugah dengan jalan
ceritanya. Drama ini minim romantisme, minim pemain ganteng, mayoritas lokasi
dan dialog terjadi di dalam kantor. Tidak seperti mayoritas drama Korea lain
yang mengeksplore keindahan musim dingin Korea saat ini, drama ini berkutat
pada konflik yang terjadi dalam dunia salaryman. Orang-orang yang menerima
bayaran alias gaji bulanan dan tugasnya berkutat pada target, penjualan dan
interaksi kuat satu sama lain sebagai sesama karyawan.
Meski belum tamat, tapi setiap
konflik yang dieksplore dalam drama ini benar-benar menggambarkan realita
kehidupan yang yang terjadi di sekitar kita. Seperti karyawan baru yang
dipandang sebelah mata. Disuruh semaunya, dikerjai semaunya, diremehkan secara
verbal dan sebagianya. Dan ketika saya flashback ke belakang, cukup terhenyak
saat mengingat pada masa kerja dulu saya merasakan hal yang sama saat menjadi
anak baru. Dan saya butuh waktu lebih dari 6 bulan untuk bisa menyesuaikan diri dan kuat.
Bahkan sebenarnya hal ini tidak hanya
terjadi dalam dunia kerja, tapi dalam berbagai aspek kehidupan. Ada orang-orang
yang merasa memiliki kemampuan dan otoritas lebih dalam hal tertentu dengan mudah
melakukan berbagai tindakan yang terkadang dengan sadar atau tidak disadari
sebenarnya menyakiti orang lain yang lebih lemah.
Dalam interkasi digambarkan dalam
drama ini, orang-orang yang ingin memanfaatkan kekurangan dan kelebihan orang
lain untuk kepentingannya sendiri. Saat mereka
melihat kelemahan orang lain adalah keuntungan maka itu akan diekslplore
sedemikian rupa. Saat seseorang terasa bermanfaat dan bisa jadi batu loncatan,
dengan mudah akan banyak yang mendekat dan yang lebih ekstrem cenderung
terkesan menjilat. Atau saat seseorang terlihat memiliki posisi yang lebih
baik, maka banyak orang cenderung takut atau merasa sungkan meski tahu orang
tersebut melakukan kesalahan.
Dan kembali, saya ingat interaksi
yang sering saya lihat di sekeliling saya. Contoh nyata konflik antara anak-anak
yang sedang bermain berlanjut menyeret orang tua, terkadang sebagian orang tua yang kondisinya berada secara
ekonomi sangat percaya diri melabrak orang tua anak yang kemampuan ekonomi lebih rendah. Begitu juga sebaliknya, orang tua yang kemampuannya rendah tidak
berani menyuarakan kekesalannya saat orang tua dari lawan anaknya lebih mampu
dan lebih memilih mengeluh di belakang. Atau saat seorang guru sungkan untuk
menegur anak yang agak bandel karena orang tuanya sering memberi hadiah, ya...kekuatan materi bermain. Dan lagi-lagi saya ingat kalau saya pernah
mengalaminya. Sangat membekas sakitnya hingga sekarang saat guru sendiri membedakan posisi hanya dari status sosial dan penampilan.
Tapi dari semua ini, hingga
sekarang saat usia saya kepala tiga dengan satu putri, satu hal penting bahwa pengalaman ini
membuat saya menjadi orang yang lebih mudah memahami, lebih mudah beradaptasi,
lebih mudah untuk mengerti. Menjadikan saya lebih kuat dalam menghadapi
berbagai kendala. Terutama dalam berinteraksi dengan orang yang saya kenal.
Saya mengamini peribahasa “1
musuh kebanyakan 1000 teman kurang”, tapi di sisi lain saya juga menyadari,
semakin banyak teman, maka semakin membutuhkan kelapangan hati kita untuk
memahami mereka lebih dalam, membutuhkan energi yang lebih banyak untuk mengerti dan
mengerti. Dan membutuhkan kesabaran luar biasa untuk menghadapi kondisi
ketidaknyamanan yang akan selalu ada. Tapi, saya juga selalu percaya itu akan
mendidik kita menjadi pribadi yang lebih baik dan kuat. Pengalaman adalah guru paling mahal.
Dan saat ini, detik ini, dalam
diri saya selalu menanamkan sebuah prisip bahwa “kita semua, saya, keluarga
saya, sahabat saya, kerabat dan tetangga saya, bahkan pasangan hidup saya
adalah manusia biasa, yang imannya kadang naik kadang turun, emosinya kadang
naik kadang turun. Manusia biasa yang juga punya kelebihan dan kekurangan,
memiliki sisi positif dan negatif. Dan satu hal yang pasti, karena sifat
manusiawi ini, semua hal bisa terjadi. Satu-satunya yang harus saya
terapkan dan siapkan adalah kesiapan saat sisi terburuk yang muncul. Sehingga saat
itu benar-benar hadir ke hadapan saya, saya tidak lagi terjerumus terlalu dalam
di kubangan kekecewaan, tidak larut dalam kesedihan dan marah. Dan saya tetap bisa
mengendalikan diri untuk tidak mengumbar sisi buruk dan negatif yang saya
miliki untuk melawanya. Dan saya juga berharap hal sebaliknya dari mereka, sehingga saat saya khilaf dan tanpa sengaja mengeluarkan sisi terburuk saya, mereka bisa lebih mengerti dan mudah memaafkan. ”
Ya, cukup memahami, mengambil posisi
dan tempat yang baik untuk menghindari hal buruk jauh lebih baik. Karena sama
dengan menjaga kesehatan sebelum sakit, sedia payung sebelum hujan. Meski kita
harus konfrontasi dengan keburukan dan negatif, saya rasa secukupnya saja.
bukan justru ikut larut di dalamnya.
Menonton drama Misaeng
benar-benar mengingatkan saya akan berbagai realita yang kadang terlupakan oleh
saya bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini, Kesempurnaan hanya milik Sang Pencipta dan membuat saya kembali mengingatkan diri untuk berdiri pada
posisi yang lebih baik. Karena intinya sebagai manusia terus berusaha menjadi manusia lebih
baik adalah jauh lebih baik.
Salam #EveryoneIsHore dan jangan
lupa mengintip drama Misaeng ya ;)
hiyyyaaa...penasaran,ananti ah nunggu sinopsisinya wahahaha. maklum tivi belum dipasang mak,jadi baca sinopsis aja dulu.itu aja udah sering mewek apalagi kl lihat filmnya ya hehehe..
BalasHapusYukk, segera diburu mak, bahus bangets ni dramanya ;)
HapusMenarik, Mak :)
BalasHapusSebarkan virus ke mak Gita hohoho *tawa licik* :))))
Hapusjadi pengen nonton drama korea...tapi takut...takut ketagihan...kayak jaman to ming se (eh pasti salah ya nulisnya)
BalasHapusHahaha, wahh...kamu pernah dalam tahap ketagihan ya mak? Tebar2 virus Kpop untuk mak Rina :))
Hapusmak Icoel bijak sekali.. *cipok mak Icoel
BalasHapusbtw aku jadi penasaran sama drama misaeng ini..
Hihihi, efek nonton Kdrama ni mak :P
Hapusbener mak, semakin banyak teman maka harus semakin melapangkan hati untuk menerima perbedaan dan berusaha agar tidak menyinggung perasaan mereka.. :)
BalasHapusCipok mak Riski yang sepemikiran :*)
HapusOh jadi ini mak reviewnya :O
BalasHapusnunggu kelar tayang, trus lari ke warnet buat ngopi smua episod..*untungnya warnet jogja surga drakor* ;D
Ayo semangadd :)))
HapusCuma bisa manggut-manggut cantik kalo Mak Icoel cerita ttg drama Korea hahaha. Maafkan aye ga mudeng-mudeng, Maaak. *nyamil lontong sate di pojokan*
BalasHapusMaaaak Haya bagi lontongnya ***sembari mikirin misaeng yang kedengarannya kek pisang goreng.
HapusTapi kemasannya tep apik ya kalau drakor
Bakal keren klo dinikati sambil makan lontong & pisang goreng Cikgu Haya & Mak Astin :)))
Hapusbener mak Astin, kemasan dan tampilan scene itu memang keren <3
Hmmm....
BalasHapus:))))
Dehemannya jangan keras2 makte :))
HapusKapan ya aku bisa nonton drakor?? Gak ada waktunyaa :(
BalasHapusCuri2 waktu ajaa mak :P
Hapuskaya'y menarik nih... ^_^,di chanel mana itu mak?
BalasHapusMasih airing di Koreanya msk, TVN, sku biass liat via internet ;)
Hapus.....eeee....aanuuu....
BalasHapusiyain aja deh :D
*ga bisa komen apa2 kalo mak icoel sudah mengeluarkan jurus ini
Lah, saya kenalnya cuma Misae -emaknya Sinchan- atau Misako, atau Miyako :)
BalasHapushe he he