SDM berkualitas adalah salah satu
faktor penting dalam kemajuan sebuah Negara. Karena SDM yang mengelola dan
mengatur semua jalannya roda kehidupan, baik di pemerintahan dan masyarakat.
Tapi untuk negara berkembang seperti Indonesia, dengan jumlah penduduk masuk 5
besar terbanyak di dunia, menjadi tantangan tersendiri menciptakan SDM
berkualitas.
Moderator, Mbak Arleta & Bapak Arif Mujahidin, Corporate Affairs Head Sari Husada |
Tantangan tersebut antaranya
kemiskinan, pendidikan, dan kesehatan. Tidak hanya pada masalah minimnya
infrastruktur yang masih belum merata, tapi juga tentang masih rendahnya
kesadaran dan pengetahuan masyarakat. Salah satu yang sangat nyata di depan
mata adalah kesadaran dan pengetahuan tentang kesehatan yang meliputi mall nutrisi, baik yang kurang maupun
kelebihan gizi. Dan dibutuhkan kerjasama semua pihak untuk mengatasi hal ini.
Tidak hanya tanggung jawab pemerintah, tapi juga pihak swasta dan masyarakat
sendiri.
Narsum : Dr.Martine Alles & Prof.Hardinsyah |
Nutrisi Untuk Bangsa (NUB),
sebuah komitmen yang didirikan oleh Sari Husada untuk ikut berperan aktif dalam
mengatasi masalah kekurangan Gizi di Inodnesia, khususnya pada pada Ibu dan balita, kembali hadir dengan
program #NutriTalk yang tujuan utamanya memberikan edukasi secara kongkrit dan
kontinyu pada masyarakat tentang pentingnya pemenuhan gizi untuk menciptakan
SDM yang berkualitas, sehingga mampu menciptakan masa depan yang berkualitas
dan berdampak memajukan bangsa dan negara di masa depan.
Untuk di lingkungan pribadi,
menjadi SDM yang berkualitas adalah salah satu jalan untuk mengentaskan diri dan
memotong mata rantai kemiskinan.
Dan tema #NutriTalk kali ini
yaitu “Sinergi Pengetahuan Lokal dan
Keahlian Global Sebagai Solusi untuk Perbaikan Gizi Permasalahan Kesehatan dan Pertumbuhan
Anak Anak Bangsa”
Acara yang diadakan di Ruang
Mutiara 1, Hotel JW Marriott Jakarta pada 20 maret 2015 ini menghadirkan nara
sumber Dr. Martine Alles, Direktur
Directorn Developmental Physiology and Nutrition Early Life Nutrtition dan
Prof. Dr. Hardinsyah, MS, Ketua Umum PERGIZI PANGAN. Dihadiri Media dan
Blogger sebagai corong penyebaran informasi dan edukasi melalui media
masing-masing kepada masyarakat. Sebagaimana yang dijelaskan Bapak Arif Mujahidin,
bahwa NUB akan selalu menggandeng media dan blogger bersinergi menyebarkan
edukasi pada masyarakat tentang kesadaran untuk memenuhi gizi seimbang.
Pada presentasinya Dokter
Martine, menjelaskan tentang data pertumbuhan tinggi badan yang dialami
masyarakat Belanda yang masuk dalam golongan negara maju. Pada usia anak,
remaja dan dewasa muda tercatat pertumbuhan positif tinggi badan dari 163 cm
pada pada awal abad ke 19, meningkat signifikan hingga 184 cm pada awal abad
20. Selain mengalami peningkatan tinggi badan, Belanda juga mengalami
peningkatan berat badan lahir. Hal ini dibarengi dengan percepatan tingkat
kematangan seksual.
Pertumbuhan sekular positif ini
terjadi karena dihapusnya faktor-faktor penghambat keseluruhan pada potensi biologik diantaranya kemiskinan,
penyakit menular dan yang paling penting adalah masalah kekurangan gizi. Faktor
utama lain peningkatan pertumbuhan pada tinggi tubuh adalah perbaikan gizi dan
kesehatan anak, higiene, dan
berkurangnya besaran keluarga (Keluarga Berencana).
Untuk pemenuhan gizi, berdasarkan
kajian yang dilakukan pada awal 1930, bahwa konsumsi susu akan berdampak positif
pada siswa. Maka Belanda memberikan susu gratis pada masyarakat termiskin. Pada
periode 1977 Uni Eropa juga memberi subsidi susu pada siswa-siswa sekolah.
Sekarang meski subsidi sudah tidak ada, tradisi mengkonsumsi susu tetap tinggi.
Saat ini di Belanda terjadi
pelambatan pertumbuhan, tapi tidak untuk penduduk transmigran. Tetap terjadi
pertumbuhan signifikan pada tinggi badan mereka, jadi bisa disimpulkan masalah
pertumbuhan tinggi badan tidak mutlak karena gen. Tapi juga ditentukan kecukupan
pemenuhan gizi.
Belanda juga pernah mengalami
masa sulit setelah Perang Dunia II, di mana banyak wanita-wanita Belanda
mengalami kurang gizi dan gizi buruk akibat kelaparan, berdampak kelahiran
bayi-bayi lahir dengan berat badan lahir rendah sehingga beresiko tinggi
terhadap obesitas, sindrom metabolisme dan diabetes pada usia dewasa.
Dari pengalaman ini, Dr. Martine
menekankan pentingnya 1000 hari pertama masa pertumbuhan. Sejak bayi dalam
kandungan harus benar-benar diperhatikan kebutuhan gizi Ibu sebagai sumber
utama pemenuhan gizi bayi dalam kandungan. Agar tidak kurang atau terlalu
berlebihan. Karena keduanya memiliki dampak yang sama buruknya. Saat bayi
lahir, gizi untuk Ibu menyusui dan bayi juga harus cukup. Kalau gizi Ibu cukup,
maka akan lebih mudah memberikan ASI eksklusif yang kaya manfaat.
Kenapa 1000 hari pertama? Karena
pada masa itu terjadi
perkembangan kognitif (intelegensi), saluran cerna, organ metabolik &
kekebalan tubuh dengan pesat.
Kondisi Permasalahan Gizi Secara Umum di Indonesia dan Kesimpulan |
Dan dari kasus yang sering terjadi di Indonesia, sebagai mana dalam pemaparan kedua yang diberikan oleh Prof.Hardinsyah, peningkatan ekonomi tidak berbanding lurus dengan peningkatan gizi masyarakat. Masih banyak masyarakat Indonesia yang mengalami defisiensi.
Kasus yang sering terjadi di Indonesia salah satunya adalah susah mengubah pola pikir. Contohnya “saat hamil dan menyusui berarti Ibu harus makan dua kali lebih banyak karena harus berbagi makanan dengan buah hati” padahal ini tidak benar, tapi bagaimana makan dengan porsi sesuai tapi mengandung gizi cukup dan seimbang untuk Ibu dan anak dalam kandungannya, hingga anak lahir dan menyusui. Masalah lain kurang paham sepenuhnya, harus browsing dulu “Apa sih kandungan gizi makanan ini?” (salah satunya saya :D)
Masih minimnya masyarakat mengkonsumsi sayur dan buah. Memasak sayur dengan cara yang kurang tepat seperti mengolah sayur dengan kuah yang banyak tapi kuah tidak dikonsumsi. Padahal kuahnya mengandung banyak gizi.
Defiensi YangMasih Banyak Terjadi dan Upaya Memperbaikinya |
Karena itu meski grafik
pertumbuhan ekonomi memperlihatkan peningkatan, Indonesia masih masuk dalam
golongan memprihatinkan dalam hal pemenuhan gizi. Hal ini terlihat dari tingkat
pertumbuhan tinggi badan saat ini yang masih berkisar 168 cm untuk pria dan 159
cm untuk wanita. Ini sama dengan kondisi Belanda di akhir tahun 1800 dan awal
1900.
Sebenarnya sudah ada beberapa
program yang yang cukup sukses seperti pemenuhan Yodium melalui kampanye
penggunaan garam beryodium. Vit A melalui posyandu. Tapi masih banyak terjadi
defisiensi protein, asam lemak esensial, zat besi, kalsiun, zink, asam folat
dan Vit D. Karena itu melihat masih rendahnya tingkat pertumbuhan tinggi badan
masyarakat Indonesia yang dapat digunakan sebagai refleksi keadaan masyarakat
secara umum, sehingga masih harus digenjot terus edukasi tentang pemenuhan gizi seimbang terutama untuk
Ibu hamil, Ibu menyusui dan balita. Kenapa? Karena dibutuhkan untuk pertumbuhan
jangka pendek dan jangka panjang buah hati.
Pertumbuhan Jangka Pendek & Jangka Panjang YAng MEmerlukan Gizi Cukup & Seimbang |
Dalam acara ini juga akhirnya
membuat saya tahu pentingnya Vitamin D yang selama ini oleh mayoritas
masyarakat hanya dianggap sebagai Vitamin pelengkap. Kekurangan Vit D dalam
kasus internasional memperlihatkan pengaruh kuat pada kualitas pertumbuhan
anak. Contoh kasusnya terjadi di Eropa dan Amerika Serikat pada abad 19,
anak-anak mengalami riketsia (Pelemahan
dan pelunakan tulang) yang disebabkan jam kerja yang panjang, polusi udara dan
kurangnya terpapar sinar matahari.
Penyembuhan dilakukan antara lain
dengan memberikan minyak hati ikan kod, terapi ringan, membawa anak-anak
liburan ke kamp, dan wajib melakukan fortifikasi
pada mentega sejak 1961.
Kondisi ini juga terlihat saat
ini di kota-kota besar seperti Jakarta. Semakin sempitnya lahan terbuka hijau,
semakin padatnya perumahan penduduk, mangakibatkan polusi, tertutupnya sinar
matahari untuk langsung masuk dan menimpa tubuh. Padahal sinar matahari sangat
enting dalam mengubah “calon” Vit D dalam tubuh menjadi Vit D yang berfungsi
untuk pertumbuhan tulang dan metabolisme tubuh.
Dari data yang tercatat ternyata di Asia juga mengalami hal yang sama, salah satunya Malaysia yang asupan Vit D masih sangat rendah.
Karena itu sangat dianjurkan :
- Olahraga rutin di luar ruangan yang terpapar matahari minimal 2-3 kali seminggu, selama 20 menit. Jadi jangan hanya di gym, karena hanya akan dapat otot tapi tidak mendapat Vitamin D. Begitu juga untuk bayi, menjemurnya dengan matahari terbaik dari pukul 9-11 pagi selama 20 menit sangat dianjurkan.
- Sering mengajak anak bermain di luar ruangan, bermain di alam.
- Untuk yang berhijab oleh Prof.Hardinsyah juga dianjurkan untuk sering berganti warna hijab dengan yang lebih cerah karena warna gelap susah menyerap manfaat panas matahari dan mentransfernya dalam tubuh.
Dari data yang dipaparkan
Dr.Matine tidak semua bisa langsung diterapkan serupa di Indonesia, karena
tetap harus memperhatikan kebiasaan dan tradisi makan yang sudah pasti
berbeda-beda. Tapi intinya asupan makro
dan mikro tetap harus seimbang.
Salah satu contoh baik yang bisa diterapkan adalah konsumsi susu yang sangat
penting karena yang sangat kaya kalsium, asam folat dan zat gizi lain.
Dan pada dasarnya Indonesia
adalah negara kaya keanekaragaman hayati yang bisa untuk memenuhi semua
keperluan gizi masyarakat Indonesia dengan harga yang juga terjangkau. Dari
laut dan daratan Indonesia semua mengandung kekayaan yang bisa memenuhi kebutuhan
gizi seimbang masyarakatnya.
Tinggal kita harus mempelajari
dan memahaminya dengan benar untuk mendapatkan gizi yang seimbang.
Dan kesimpulannya :
Pemenuhan gizi seimbang di
Indonesia untuk Ibu hamil, Ibu menyusui dan balita masih sangat kurang, hal ini
terlihat dari data masih banyaknya bayi lahir dengan berat badan dan tinggi
badan kurang. Pertumbuhan tinggi badan anak-anak, remaja dan remaja dewasa yang
juga masih banyak kurang.
Tapi hal ini bisa diperbaiki juga
dengan gizi, terutama berfokus pada 1000 hari pertama pertumbuhan dengan terus
memberikan edukasi tentang gizi seimbang. Melalui berbagai gerakan penyebaran
informasi yang masif tentang pemenuhan gizi di berbagai media hingga turun
langsung ke masyarakat.
Sangat penting juga memberdayakan
Ibu rumah tangga untuk meningkatkan ekonomi, pengetahuan tentang gizi melalui
berbagai program. Seperti program pelatihan berbagai lembaga peningkatan
ekonomi, program edukasi kesehatan di Poasyandu. Tidak hanya Ibu tapi juga ayah
dan anggota keluarga lain agar ikut berperan serta mengawasi pemenuhan gizi
seimbang pada Ibu hamil, Ibu menyusui dan balita. Karena buah hati adalah
tanggung jawab bersama.
Dan buah hati adalah generasi
penerus keluarga dan bangsa. Kalau buah hati tercukupi kebutuhan gizinya, maka
akan tumbuh sehat dan berkualitas, dengan sendirinya akan bisa hidup
berkualitas dengan masa depan yang lebih baik dan mentas dari kemiskinan. Masyarakat
berkualitas akan memajukan bangsa dan negara.
Tfs mak. Bermanfaat sekali
BalasHapusKalau buah hati tercukupi kebutuhan gizinya, maka akan tumbuh sehat dan berkualitas, dengan sendirinya akan bisa hidup berkualitas dengan masa depan yang lebih baik dan mentas dari kemiskinan. Masyarakat berkualitas akan memajukan bangsa dan negara. Setuju....
BalasHapus1000 hari pertama yang memegang peranan penting. Thanks infonya mba...
BalasHapuslangsung cek gizi anak nih, perhatikan makanan yang kurang apa. makasih sharenya mak iceol
BalasHapusdoohh panjang amat nih tulisan,...:)))
BalasHapusmak icoeelll....sinih main ^_^
Setujaaaaa... hahaha :D 1000 hari yang sangat berarti bagi bangsa dan negri ini.. hihi :D
BalasHapuskapan, ya, generasi kita tingginya sama kayak masyarakat Belanda? Memang masih PR besar banget buat bangsa kita, nih :)
BalasHapusSekarang banyak cara bagi wanita untuk mendapatkan beragam informasi yang berguna ya.
BalasHapusMakasih sharing informasinya Mak. Mantap!
makasih sharing pengetahuannya mak :)
BalasHapusposyandu di tempat saya, pengetahuaannya masih kurang mak :(
Enak ya mamah2 sekarang bisa dapat pengetahuan gizi dari mana aja :)
BalasHapus