“Ah...tidak apa-apa, ini ganti
kulit” ucap orang-orang di sekitar saya saat itu.
6 tahun lebih yang lalu saat usia
putri kecil saya baru 2 hari, tiba-tiba di kulit kepala, lengan dan leher baby
Alisha saat itu muncul gejala menyerupai kulit melepuh seperti terkena air
panas. Melepuh dan berisi cairan bening, paling banyak bagian jidatnya.
Saya yang berstatus Ibu baru,
minim pengalaman, minim pengetahuan dan informasi tentang banyak hal hanya
manggut-manggut saat semua orang berkata “Ganti kulit”. Maklum, saat itu pada
tahun 2009 akses informasi belum sengehits sekarang *cedih*.
#NutriTalk : Nutrisi Awal Kehidupan untuk Atasi Dampak Jangka Panjang Alergi Pada Anak”. |
Tapi saat hari ke 3 gejala tidak
juga reda bahkan semakin melebar saya pun mulai kuatir. Saat kontrol jahitan ke
rumah sakit, akhirnya baby Alisha saya bawa ke dokter anak sekalian. Dan saya
sangat terkejut mendapati Alisha dinyatakan alergi susu sapi.
Jadi ceritanya pasca melahirkan
ASI saya sangat lancar dan tumpah ruah, tapi puting sangat kecil. Bahkan bisa
dibilang tak berbentuk. Sudah diberi Bidan alat penarik tetap susah, karena
hanya bertahan sebentar. Baby Alisha yang baru lahir masih belum bisa menyedot
puting dengan kuat. Jadi selama menunggu saya “tarik” supaya tidak menangis,
saya support dulu dengan susu sapi
sebentar.
Tapi karena penasaran, saya tes
sendiri lagi di rumah. Saya hentikan susu sapi dan memberinya ASIP. Dan
kebetulan hari itu suami yang saya minta beli pompa ASI akhirnya menemukan barang
tersebut, setelah 2 hari tidak ngeh juga “Itu barang yang seperti apa ya?”. Saat
gejala dikulit hilang, saya kembali memberinya susu sapi 10ml dan ternyata
benar, gejala di kulit kembali muncul. Akhirnya saya benar-benar mengerti
.
.
Foto jidat Alisha saat berusia 2 hari dan muncul gejala alergi, karena minim informasi saya menuruti anjuran untuk memberi bedak sebanyak mungkin untuk mempercepat proses ganti kulit :( |
Tapi apa tindakan saya
berikutnya? Ya cukup tidak lagi memberinya susu sapi, tanpa pernah kontrol atau
konsultasi apapun ke dokter. Karena saya pikir cukup dengan demikian saja. Apalagi
setelah usianya masuk 2,5 tahun ternyata alerginya hilang sendiri. Saat itu
saya tes dengan memberinya susu sapi pertumbuhan milik sepupunya. Inilah yang
menyebabkan saya menganggap kasus ini “Biasa saja”.
Sekarang, saat informasi sangat
mudah diakses saya baru tahu ternyata alergi pada bayi harus benar-benar
diperhatikan dan ditangani dengan seksama. Karena dapat mempenaruhi tumbuh
kembangnya ke depan.
Dan NUB yang konsisten dalam
edukasi dan penyebaran informasi tentang pemenuhan gizi seimbang untuk Ibu
hamil, Ibu dan balita kembali menghadirkan #Nutritalk yang membahas “Nutrisi
Awal Kehidupan untuk Atasi Dampak Jangka Panjang Alergi Pada Anak”.
Menghadirkan Prof. Yvan
Vandenplas, pakar gastroentrologi (bidang saluran pencernaan makanan) dan
nutrisi anak dari Vrije Universiteit Brussel Belgia yang menjelaskan salah satu
alasannya tertarik meneliti tentang alergi karena kasusunya yang terus
meningkat, namun informasi dan pengetahuan yang tersebar masih minim. DR. Dr.
Zakiudin Munasir SpA(K), Konsultan ahli alergi – Imunologi dari RSCM.
Prof. Yvan menjelaskan tentang tren
peningkatan alergi pada anak di seluruh dunia karena berbagai penyebab dan
sudah pasti mengganggu pertumbuhan. Berdasarkan penelitian salah satunya
cross-sectional di Amerika Serikat oleh Robbins KA tahun 2014 pada 6189 pada
anak 2-17 tahun yang alergi makanan dengan sejarah alergi susu sapi memiliki
tinggi badan, berat badan dan Indeks Massa Tubuh lebih rendah dibandingkan yang
anak dengan alergi tanpa sejarah alergi susu sapi.
Menurut penelitian, anak dengan
alergi makanan dengan sejarah alergi susu sapi dua kali lebih rentan terhadap
gangguan saluran pernafasan seperti Asma, alergi rinitis, serta eksim. Alergi
sering tidak terdeteksi karena masih minimnya pengetahuan banyak orang, gejala
yang tidak spesifik & masih sangat jarang tes alergi susu sapi, sehingga
gejala sulit terdeteksi.
Salah satu cara sederhana tes
alergi adalah dengan memberi anak susu sapi secara bertahap. Dengan meneteskan
beberapa ml ke bibirnya dan tunggu beberapa saat, kalau tidak ada dampak
apapun, naikan jumlah susu secara bertahap. Dan amati hhingga sekitar dua
minggu.
Dokter Yvan menekankan bahwa
penanganan harus tepat dengan memberikan nutrisi dengan indikasi yang tepat
untuk menekan tingkat alergi, memenuhi semua zat gizi yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan guna mencegah timbulnya alergi yang lain, serta menekan dampak
jangka panjang alergi.
Alergi susu sapi tidak sama
dengan alergi susu kambing atau domba. Asam amino adalah salah satu formula
yang baik untuk pemenuhan gizi pada anak alergi susu sapi. Namun kendaala harga
yang mahal hanya direkomendasikan untuk alergi dengan gejala yang cukup berat.
Bahkan di Eropa saja tidak direkomendasikan sebagai pilihan utama.
Rekomendasi utama adalah soya
(kedelai) karena memilki formula yang aman. Karena prevalensi alergi susu
berbahan kacang kedeai sangat kecil dibanding di antara populasi umum (0,27%),
khusus (1,9%) dab anak-anak penderita alergi. Sensitisasi setelah permeberian
susu berbahan kacang kedelai pun hanya mencapai 8,7-8,8% berdasarkan penelitian
Y.Katz (2014).
Melalui penelitian yang dilakukan
oleh Prof. Vandenplas pada 2014 menunjukan ringginya kandungan asam filat dan
aluminium pada susu dengan isolat protein kedelai. Kandungan Hb, protein serim,
zinc dan kalsium, kandungan mineral tulang pada anak, tingkat kekebalan tubuh
juga parameter sistem saraf pengkonsumsi susu kedelai tidak berbeda signifikan
dengan anak yang tidak mengkonsumsinya.
Dari sini disimpulkan susu isolat
protein kedelai salah satu alternatif aman bagi anak-anak alergi protein susu
sapi.
Pada paparan kedua, Dr. Zaki
memaparkan tentang tren alergi di Idonesia yang ternyata cukup rendah, satu
dari 25 anak alergi protein susu sapi, dengan gejala umum 51,5% ppada
pernafasan. 48,7% pada kulit, sisanya 39,3% pada pencernaan dan gejala-gejala
lain seperti mata, susunan saraf pusat atau sakit kepala. Untuk anak lebih dari
tiga tahun, berdasarkan tes menurut Dr. Zaki paling banyak anak alergi coklat,
udang dan kepiting.
Paling tinggi alergi di Inggris.
Tapi hal ini tidak lantas boleh membuat kita santai dan tidak waspada karena
kecenderungan semakin meningkatnya tren alergi di dunia. Alergi umumnya terjadi
karena genetik, lingkungan dan imunologi. Melihat faktor genetik, jadi ingat saya
juga memiliki sejarah alergi makanan tertentu meski tidak berat. Rupanya
menurun ke Alisha karena saya kurang paham, bahwa ini bisa dicegah dan
antisipasi.
Ya, pencegahan bisa dilakukan
sedini mungkin. Menghindari faktor pemicu alergi sejak dini. Faktor lingkungan
biasanya dari debu, asap rokok, obat-batan (misal antibiotik), makanan, polusi,
aktifitas fisik tertentu dan lain-lain. Pencegahan dan antisipasi bisa dengan
meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Untuk bayi, ASI penting untuk meningkatkan
kekebalan tubuh.
Bagi orang tua yang memiliki
sejarah alergi jangan kuatir, yang terpenting tingkatkan pengetahuan tentang alergi,
sehingga bisa melakukan pencegahan dini dan tidak menghambat tumbuh kembangnya
ke depan.
Meski menurut Dr. Zaki, faktor
genetik ada kemungkinan suatu saat, mungkin saat tua autopik-nya (bakat alergi)
ada peluang untuk muncul kembali. Namun jika sudah ditangani dengan benar, terutama di 1000 hari masa pertumbuhannya maka
tidak mengganggu masa pertumbuhan.
Pada sesi Q&A terungkap bahwa secara umum alergi protein susu pada anak akan hilang pada usia 3 tahun. Namun untuk tahu bagaimana, sebaiknya orang tua melakukan tes sendiri dengan memberi susu protein sapi secara bertahap dan melihat reaksi tubuh anak. Kalau ternyata masih ada alergi, maka segera konsultasikan ke dokter untuk mendapat penanganan khusus dan lebih lanjut.
Pada sesi Q&A terungkap bahwa secara umum alergi protein susu pada anak akan hilang pada usia 3 tahun. Namun untuk tahu bagaimana, sebaiknya orang tua melakukan tes sendiri dengan memberi susu protein sapi secara bertahap dan melihat reaksi tubuh anak. Kalau ternyata masih ada alergi, maka segera konsultasikan ke dokter untuk mendapat penanganan khusus dan lebih lanjut.
Pada dasarnya Dr. Zaki
mangaminkan rekomendasi Prof. Yvan bahwa memberikan nutrisi seimbang,
menghindari faktor pemicu dan meningkatkan kekebalan tubuh adalah cara yang
bisa dilakukan orang tua mencegah dampak panjang alergi pada anak. Termasuk untuk
anak alergi susu sapi, bisa menggantinya dengan susu protein kedelai. Karena selain
kandungannya mencukupi, harga bersahabat, rasa
juga mudah diterima oleh anak-anak.
Mari menjadi orang tua cerdas dan informatif untuk mengoptimalkan tumbuh kembang buah hati |
Untuk Orang tua, terus tingkatkan
pengetahuan untuk pendeteksian dini dan pencegahan. Agar tidak salah diagnosa
seperti yang saya alami. Manggut-manggut saja mendengar “Ganti kulit”. Karena sarana
informasi sekarang sudah sangat mumpuni. Salah satunya support NUB dengan
menghadirkan alergianak.com,
web untuk memberikan gambaran tentang alergi anak berdasarkan gejala-gejala
yang dialami. Dan hasil diagnosa langsung dikirim ke email kita lo. Disertai saran
yang bisa dijadikan acuan. Dan jujur, berdasarkan hasil diskusi kali ini saya
sedang bersiap untuk konsultasi ke dokter tentang kondisi alergi Alisha masa
lalu. Agar tidak mempengaruhi pertumbuhannya kelak.
saya juga alergi susu :(
BalasHapusWah, berlanjut sampai sekarang mak? Share dong di blog mak
Hapuskalo dari bayi alergi susu sapi apa sampe dewasanya juga terus alergi ya mak?
BalasHapusSecara umum enggak mak, 3-5 tahun biasanya hilang, tapi kalau masih berlanjut hingga dewasa, mending di konsultasikan ke dokter :)
Hapuspadahal bukan bedak ya solusinya
BalasHapusiya mak, waktu itu anak ku diberi cairan untuk mandi gitu sama dokter, baru ilang gejala di kulit kepalanya
HapusMarwah alergi debu
BalasHapusHarus ekstra perhatian brarti klo di luar rumah ya mak
Hapusanakku.persis bgt.. pas bayi alergi susu sapi.. tp sy kenalkan.terus.sih.. sama susu.. secara bertahap.. alhamdulillah skrg hilang.. trus bener bgt.. jd merembet ke eksema.. sma mdh.kena gangguan saluran nafas.. skrg anak sy gak tahan dingin.. lgsg batuk sama.nafasnya jd bunyi.. :(
BalasHapusDuh, kasian banget mak. Klo Alisha setelah 2 tahun ga ada gejala apa2 lagi sih, cuma lebih agak ke susah gemuk. Kuatir itu juga dampaknta, maka saya terpikir untuk konsultasi ke dokter mak dalam waktu dekat
Hapusalergi memang banyak macamnya ya..di sini tes alergi juga selalu ditawarkan, bahkan wajib bagi pihak sekolah untuk memastikan anak2 selalu aman
BalasHapusNah, itu dia mak...di sini belum ada perhatian khusus seperti itu. Kecualisedang sakit dan diopname baru pihak RS lakukan tes alergi, itupun lebih ke tes alergi obat
HapusMudahan ke depannya ada prioritas ya untuk hal ini di negara kita
anak saya juga sempat didiagnosisi alergi susu sapi makanya ganti susu kedelai yg muahal, tapi seiring usia alhamdulillah sekarang malah semua makanan masuk aja :)
BalasHapusWaktu itu Alisha juga dianjurkan konsumsi susu kedelai mak, cuma pada masa itu sulittt nyarinya. Dari Jakarta Timur sampe utara, kami bener2 ga dapat nyari
HapusKlo skr sudah mayan mudah
wah, saya juga baru tau nih salah satu gejala alergi susu sapi di atas
BalasHapusIya mak, cuma kadang beda anak beda gejala juga sih...yang pasti kita yg harus banyak tahu & waspada :)
Hapus#Tanya, Untuk balita usia 2-3 tahun, seberapa banyak konsumsi susu sapi? Anak saya sangat suka minum susu UHT dan suka juga susu formula?
BalasHapusKlo soal jumlah konsumsi susu sepertinya tergantung kebutuhan tiap anak ya mak...tapi yang utama menurut saya sih asupan makanan bergizi dan susu adalah pelengkap ;)
Hapusgejala alergi susu sapi kira-kira sama enggak dengan alergi susu kambing ya Mak
BalasHapusBisa sama, bisa juga tidak mak...krn tiap anak pasti memiliki kondisi yang berbeda
Hapusdi rumah tidak ada yang alergi susu sih mak, tapi saya kurang suka susu putih, saya lebih senang bentuk olahannya seerti yoghurt, kalau Alfi anak saya suka banget susu putih
BalasHapusPas sudah gede gini, anak ku sudah bisa konsumsi semua mak, baik susu maupun produk olahan turunannya seperti yogurt gitu
HapusAku salah satu orang yang alergi produk susu dan turunannya mak, tapi waktu kecil gak terdeteksi. Jadi berasa parahnya (gatel-gatel, bintik-bintik) justru 3 tahun terakhir ini sampai harus tes alergi segala ke dokter. Tapi tetep aja gak tau penyebabnya apa. Sesudah konsultasi sama dokter Haematolog dan tes darah baru deh ketahuan pemicu alerginya. Panjang perawatan alergiku itu, gak bisa hilang cuma bisa dijaga aja. Ternyata semakin nambah umur imunitas kita berkurang, dihajar susu terus menerus akhirnya tumbang juga pertahanan tubuh.
BalasHapusAnak sulungku alergi udang dan kepiting, lidah jadi gatal2 kalo makan itu.
BalasHapusKalo anakku yang laki alergi debu, jadi pilek kadang batuk dan asma