Alisha & Zombie Batang Pisang kreasinya :) |
Masih tentang kisah mudik ke kampung saat lebaran lalu.
Pulang ke kampung halaman saat
lebaran yang utama memang untuk silaturahmi, terutama ke orang tua dan keluarga
besar. Berkutat dengan suasana lebaran dengan beragam makanan khasnya. Membincang
beragam kue-kue khas yang harus disiapkan.
Tapi di luar itu, hal yang tak
kalah penting dan tidak boleh dilewatkan oleh orang tua seperti saya dengan
putri yang masih kecil berusia 6 tahun adalah tentang memperkenalkannya ke alam
pedesaan yang luas dan tanpa batas. Alam pedesaan yang ramah dengan beragam
fasilitas alami untuk melatih kreatifitasnya, berkreasi mengembangkan
imajinasi.
Saya bukan orang tua yang suka
sibuk untuk menyiapkan banyak hal printil-printil untuk anak saya saat akan
pulang ke kampung. Seperti membawa mainan favoritnya dengan alasan supaya dia
tidak rewel. Tidak, saya tidak pernah melakukan itu sedari Alisha kecil. Saya
malah lebih kuatir mainan itu jadi rebutan dengan para saudaranya di kampung kan
malah jadi ribet.
Alat musik, Zombie & Pesawat dari batang pisang ala Alisha :D |
Selain itu saya justru lebih suka
membaurkan Alisha di tengah para sepupunya untuk lebih dekat dengan mereka. Membiarkan
Alisha mengikuti aktifitas saudara-saudaranya, bermain bersama mereka. Dan di
desa tentu bermain anak tidak akan jauh-jauh dari yang namanya halaman berpasir
dan tanah. Kebun penuh tanaman terpelihara maupun liar. Inilah menurut saya
alam pedesaan yang luas tanpa batas untuk melatih imajinasi dan kretaifitasnya.
Bukan berarti saya berkata di
kota kreatifitas minim, hanya suasana dan fasilitas yang berbeda tentu akan
mengahsilkan imajinasi dan kreatifitas yang berbeda pula. Menurut saya lingkungan di
desa maupun kota memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing dalam
membentuk imajinasi dan kreatifitas seorang anak.
Menurut Alisha & saudara-saudaranya, ini "Nasi sayur" :)) |
Kalau di kota, dengan mainan
instant yang bisa dibeli di toko mainan anak akan dilatih untuk “menjalankan”
mainan tersebut. Di desa, anak seperti Alisha akan lebih dituntut untuk belajar
“mengolah” mainan yang ingin dia
mainkan.
Kalau di kota dia punya beragam
boneka yang tinggal dia jalankan, maka di desa dia dipacu untuk melatih diri
membuat boneka tersebut. Seperti apapun bentuknya. Tapi membuatnya tahu bahwa
batang pisang bisa dikreasikan menjadi boneka zombie ala Alisha.
Di kota dia punya drum dan gitar
mainan, di desa dengan batang pisang dia bisa membuat sendiri alat musik ketiplakan. Kalau di kota dia bangga
bisa memainkan alat musik sesuai imajinasinya sambil berdendang semaunya, maka
di desa dia bangga bisa menciptakan ‘alat musik’ sendiri ala Alsiha. Saking
bangganya dia tidak sempat memainkan, hanya dipandangi sambil tersenyum seolah
membatin “Ini karyaku” :D
Layangan hasil karya anak-anak desa :D |
Di halaman berpasir dia bisa
berkreasi semaunya membuat istana pasir. Atau ikut saudaranya yang lebih besar ke
kebun mengambil pohon bambu untuk dibuat layangan besar, sebesar tiga kali
tubuhnya. Dari sini dia tahu bahwa salah satu bahan untuk menciptakan layangan
adalah bambu. Yang kalau di kota dia tidak pernah tahu ini, hanya tahu layangan
kecil seharga dua ribu perak.
Ya, menurut saya pulang ke desa
salah satunya adalah sarana meningkatkan kretifitas dan imajinasi anak, yang
pasti akan sangat penting dan memberi pengaruh signifikan untuk
perkembangannya.
Bahwa memberikan pengalaman yang
berbeda dari kesehariannya akan memperkaya imanjinasinya tentang luasnya dunia.
Dan salah satu caranya adalah dengan memperkenalkan hal-hal yang tidak selalu
berbau moderen dan mahal.Semua tergantung kita, orang tua dan lingkungan sekitar mengarahkan dan memberi supportnya bagaimana.
Salah satunya ya memperkenalkan
kreatifitas desa yang tanpa batas.
kangen desaaa..kesederhanaannya bikin jatuh cinta ya mak...
BalasHapusBecull, tapi tuntutan ekonomi mengharuskan berjibaku di kota ik *curcol* :))
Hapusaaaah takuuuut ada zombie :) jadi kreatif ya anak-anak sampai mudiknya panjang gitu mak iceol :)
BalasHapushaha unik juga batang pisang dibuat jadi aneka bentuk barang. Jadi inget dulu waktu kecil, kult jeruk bali sering kubuat jadi mobil2an :D
BalasHapusEmak-emak zaman sekarang harus tetap mempertahankan kreatifitasnya d^____^b
BalasHapusSetuju bgt sm kak Icoel #eaaakakak hahahaha
BalasHapusDi desa banyak mainan anak tradisional juga yang bisa dikenalin yah mak :D
Asyik banget itu mainan dari kayunya sih Aishaaaa :))
BalasHapusPasti seneng banget deh mainnya :))
kalau di makassar,,
BalasHapusaku juga tinggal di desa
banyak banget memang yang bisa
di eksplore di desa :)
bener2 sebuah kreatifitas ya, mereka memberi nama yg sesuai menurutku...
BalasHapusJadi kangen masa kecilku dulu hahahaha.... maen kue lumpur, mie-miean dari rumput, geprekin bata jadi bumbu lotek ala-ala yang sayangnya ga bisa dimakan :D. Pulang sekolah simpen tas, lalu maen sampe sore, sampe bau matahari, eksotis dan disemprot ortun karena kelamaan maen :D
BalasHapussederhana tapi seru yaa :)
BalasHapusYa ampuun Alisa, kamu mengingatkanku pada 20 tahun yang lalu. Mainannya persis kek kamu di atas. :D
BalasHapusKurang mie2an yg ada di tetean gitu. Ntar jadi bakso. :D
Itu saya banget waktu kecil, suka bikin.pistol dari batang daun pisang. Anak sekarang bnyk yg main bgini ga ya.
BalasHapusgede bangeeet layang-layangnya sukaaa
BalasHapusueenakkk yooo neng ndesooo
BalasHapuskangen kampung huhu
*pake akun papih minjem wkwkkw
wah keren, desa punya banyak hal menarik untuk di explore. mari lakukan gerakan bergembira dikampung
BalasHapusBetul sekali mbak Icoel kita perlu sekali-kali membawa anak untuk pergi ke lingkungan desa, di desa banyak yang bisa kita explore berbahan alam, waktu di bawa ke Cianjur, Alfi mengumpulkan beberapa ranting yang bisa dibuat jadi mainan bersama anak2 lainnya
BalasHapuswahh dulu penrah buat layangan kaya gitu tapi kertas nya sobek,,, kalo yang di foto kaya dari plastik mba bahannya?
BalasHapusLayangan sgede itu gimana nerbangkan nya :-) #Penasaran
BalasHapus