Ini tentang berbakti kepada orang tua.
Jujur, di saat ini saya sering
merenung sendiri tentang “Bagaimana membahagiakan orang tua dengan takaran ‘hampir
sempurna’?” *karena sempurna Hanya milik Sang Maha Esa*
Meski jujur lagi, saya tidak
pernah tahu takaran hampir sempurna itu seperti apa dan bagaimana. Karena setiap
orang pasti memiliki ukuran yang berbeda dalam menilai pas atau tidak. Sesuai atau
tidak, layak atau tidak. Setiap orang pasti memiliki standart sendiri-sendiri dan
pasti berbeda satu sama lain, termasuk saya sendiri.
Hal ini akan semakin kencang
terlintas dalam pikiran saat pulang dari mudik, mengunjungi orang tua. Selayaknya
anak yang merantau kami (saya dan suami) selalu berusaha memberi yang terbaik. Dan
terbaik menurut kami adalah membawakan oleh-oleh yang layak, memberi materi
sesuai kemampuan dan kebutuhan, berlaku baik dan menunjukan rasa hormat. Saling
mengakrabkan diri dalam berbagai aktivitas selama berada di rumah.
Tapi ternyata di saat-saat
seperti ini orang tua dengan rasa rindunya yang membuncah akan selalu bersedia
repot menyiapkan makanan kesukaan kami, untuk ini mereka rela berjam-jam
berkutat dengan asap dapur.
Mereka rela Dengan sigapnya
menyediakan semua yang kami butuhkan selama berada di rumah. Berjuang menyenangkan
kami, berjuang untuk berlaku ideal agar kami bisa merasakan kenyamanan saat
berada di dekat mereka. Dengan sigap menjadi ‘pelayan dadakan’ cucunya (anak
kami) yang terkadang rewelnya luar biasa meminta ini dan itu.
Dan semua dilakukan atas nama
cinta, atas nama rindu kepada anak cucu yang dalam setahun bisa dihitung dengan
jari untuk pulang ke kampung halaman dari perantauan. Atas nama cinta kepada
kami, mereka tak pernah bisa dilarang dari kesibukan dan menikmati santai serta istirahat.
Tiba waktu pulang kembali ke
tanah perantauan, dengan sigap mereka akan menyiapkan semua oleh-oleh balasan. Dengan
alasan “Lumayan untuk stok beras sebulan, di sini kami banyak stok hasil panen
musim ini”, “Ini kue untuk cemilan ya, di kota ini tidak ada. Ini khas daerah
kita” atau “Ini buatan sendiri, kesukaanmu dari kecil. Jauh lebih enak dan
sehat serta hemat jajan beberapa hari. Di kota apa-apa mahal”.
Akhirnya apa yang kami beri terasa tak sebanding dengan balasan pemberian mereka.
Akhirnya apa yang kami beri terasa tak sebanding dengan balasan pemberian mereka.
Atas nama rindu dan cinta, mereka
lupa bahwa sedari kecil mereka sudah merawat kami dengan baik. Penuh kasih
sayang dan cinta. Memperjuangkan yang terbaik untuk kehidupan kami.
Hingga kami dewasa dan mampu
berkehidupan sendiri, mereka tetap tak pernah surut menunjukan rasa cintanya
dengan beragam perjuangannya. Meski kami sudah dewasa, dengan sigap mereka akan
tetap ada, terutama di masa-masa sulit. Karena prinsipnya “Anak yang masih
kesulitan justru harus disupport lebih banyak agar terus semangat meraih kehidupan
dan masa depan lebih baik. Agar bisa sama dengan saudara-saudara lainnya yang
mapan dan bahagia”.
Ya, itulah orang tua kami. Orang tua
saya dan suami yang selalu membuat kami merenung setiap saat dan bertanya “Sudah
jadi anak yang baik kah kami?”.
Dan langsung teringat pepatah
yang pernah dilontarkan seorang kawan sesama perantau “Kamu gendong orang tua kamu sampai ke Roma
tetap tidak akan bisa membalas pengorbanan dan cinta mereka yang dalam untuk kita
sepanjang hayat mereka”.
Ya, saya selalu menyadari itu
benar tapi tetap akan terus berjuang menunjukan bahwa kami, saya dan suami
serta putri kami juga sayang dan cinta mereka. Meski tidak bisa memberikan yang
bahkan ‘hampir sempurna’.
Curahan hati yang tiba-tiba ingin diungkapkan setelah mendapat kiriman
2 buah baju baru dari Ibu saya untuk Alisha. Baju yang menurut Alisha sangat
cantik dan disukainya.
Orang tua selalu memberi yang terbaik ya, hingga anak sungkan juga menerima kebaikan hatinya.
BalasHapusiya bener banget Mbak, orang tua memang tiada duanya, jadi kangen Alm Ibu saya, : (
HapusBenar mbak, semua yang terbaik sampai kaita benar2 merasa nggak enak...hiks, jadi kangen banget juga nih
Hapusaduuhhh mak saya langsung mewek bacanya T___T
BalasHapuspersis seperti apa yang saya rasakan...
saya juga perantauan (lebih tepatnya suka merantau kali ya hehehe) semenjak menikah saya belum pulang ke rumah ortu di sumatera sana, ya kurang lebih 2tahunan. Tapi 2 tahun itu terasa seperti 2 abad ya, hahaha... kemanpun kita melangkahkan kaki untuk merantau, tetap saja kampung halaman dan rumah ortu adalah tempat pulang yang paaaaliiiinnnggg indah di dunia ini =')
ah maaf jadi curcol deuh =D
Gapap mak curcol dan semoga segera bisa pulang ya ke rumah paling hangat, rumah orang tua <3
HapusSuka terhaaruu mancen, Mbak. Aku kalau ke rumah nenek mesti dibawai oleh2 y macem2 gitu. Marai trenyuuuh. . . Hiks
BalasHapusIya, terus yang kita bawa jadi berasa impas dan gak ada apa-apanya ya Dah ^_^
Hapuswalau kita udah nikah dan punya anak, orang tua masih bersedia direpotkan ya, dan mereka happy
BalasHapusitulah orang tua ya mak, yang selalu dan selalu siap happy dengan repot
HapusSering2 ditelpon atau ditengok mak :)
BalasHapusIya mak Lusi, pastinya, makasih mak
Hapusmaaak....papaku lgi sakit dan krasa bgt apa yg kt punya gk akan pernah bisa bahagian atopun membalas smua yg pernah mrk beri.hiksss
BalasHapusya, tak pernah cukup ya Vis apa yang kita beri berasa masih kurang dan kurang deh
HapusBener banget mak, ibu mertuaku juga selalu kasih oleh-oleh banyak kalo kami pulang :')
BalasHapusDan oleh-oleh kita jadi berasa sangat sedikit ternyata ya mak dibanding pemberian mereka ^_^
HapusSemoga saja nikmat sehat selalu tercurah untuk orang tua kita semua.
BalasHapusmeskipun sudah menikah dan punya anak orang tua pasti tidak akan membedakan porsi rasa sayangnya untuk anak.
Bener banget mas Awan, makasih ya dah mampir
HapusJangan pernah berkata ingin membahagiakan Orang Tua. Tapi niatkan berbhakti kepada orang tua. Memang tidak ada nilai yang sempurna, apalagi dimata manusia. tetapi agama sudah memberikan panduannya. Sederhana dan mudah bagi yang memiliki iman. tetapi akan sulit bagi yang lebih banyak melihat nilai dunia.
BalasHapusSeandainya kita menilai orang tua salah, beritahu dengan lemah lembut. Rawat Ketika hari tua, ketika beliau tidak bisa apa, bukan materi tetapi perhatian dan perawatan dari anak.
Ketika ketika berdoa, sayangi kedua orangtuaku sebagaimana mereka menyayangiku sejak kecil. maka kitapun sama, rawat mereka seperti mereka merawat kita.
duh tambah terharu deh saya baca komen mas Budi, makasih ya mas sudah mengingatkan. Semoga kita selalu bisa terus berbaikti dengan orang tua kita
Hapuswah kalo baca beginian ni, pasti langsung mrebes mili ...
BalasHapusHiks...sini mak peyuk :*)
HapusMeskipun aku dah gede dan punya anak tapi ortuku dan nenekku juga masih memanjakankuu...huaaa..belum bisa balas apa apa ke beliau beliaunya.
BalasHapussama makk, pokoknya masih berasa belum memberi apapun ke mereka. Yuk mak, yang penting niat :*)
HapusPersis kaya mamaku mak..kalo pulang musti semua dibawain..lemari es sampe penuh jadi semakin merasa belum bisa membalas kebaikan mereka..ga akan pernah bisa
BalasHapusaku banget juga nih mak, langsung lemari makanan penuh
HapusSaya meleleh... sweet bangetttt
BalasHapushiks...sini mak meleleh bareng kita :D
HapusSaya meleleh... sweet bangetttt
BalasHapusAduh Mak Coel, gak iso komen apa-apa. Aku yang tiap hari tinggal sama orang tua sering berlaku cuek. Apalagi kalau sudah duduk di depan laptop, ngobrol sama orang tua di sambi chattingan :(
BalasHapusSama mak Yu, aku ini klo udah depan lapi lupa buat telpon, lupa harus menyapa meski sekedar suara :(
HapusOrang tua (spesial ibu) kayaknya selalu pingin ngasih yang terbaik untuk anaknya ya, padahal anaknya udah berkeluarga dan (mungkin) punya anak juga hehehe. Alhamdulillah rumah kami gak jauh dari orang tua lokasinya, jadi seminggu sekali masih bisa dijenguk :D
BalasHapusBersyukurlah mak, karena kalau perantauan kaya kami gini lebih akut rasa galaunya karena tidak bisa membahagiakan setiap hari :)
HapusAh saya terharu :')
BalasHapusMAkasih sudah mampir ya :)
HapusSamaaaa, kalo pas mudik ortu selalu beliin makanan kesukaanku jadi berasa seperti anak kecil lagi, dan beliin cucu macam2. Pas balik dari mudik, selalu dibawain satu dos besar, isinya tuh sayur2an wortel, kentang , bawang dll, yang di kota tempat tinggalku juga mudah kok didapat, cuma memang mungkin lebih mahal.
BalasHapusYa, kita intinya meski sudah dewasa tetep "anak-anak" bagi mereka ya mak :)
HapusBikin air mataku netes membacanya. Memang kasih sayang orangtua tiada duanya. Beruntung dirimu masih memiliki mereka mak ^_^
BalasHapusiya mak, tinggal Ibu...itupun jauh pula di tanah seberang :)
Hapusiya bener bgt mak..saya udah setua ini masih suka dimasakin makanan kesukaan saya ...duh jadi terharu biru
BalasHapushiks...sama mak, dan kita adalah tetap "anak-anak" bagi mereka ya
HapusBaca ini jadi tersentuh gitu aku mba :)
BalasHapusMakasih ya sudah mampir :)
Hapus