Narsis sebentar di perbatasan JATIM-JATENG (Ngawi-Sragen) |
Bagi saya silaturahim adalah hal
yang sangat penting. Baik denga keluarga dekat, keluarga jauh maupun sahabat.
Karena dengan hubungan kasih sayang yang terjalin dari silaturahim, membuat
saya merasa lebih kuat dan bahagia.
Selalu mengingat bahwa banyak
orang yang menyayangi saya, banyak orang yang bahagia memiliki saya sebagai
saudaranya, sahabatnya. Jadi kalau sampai ada yang bilang “Dia ga suka sama
kamu, karena kamu bla...bla...bla...” saya sih cuek-cuek saja. Selama tidak
konfrontasi langsung dengan saya. selama kami tidak saling mengganggu satu sama
lain, biarlah. Karena masih banyak di sisi lain orang yang menerima saya
apa adanya *kadang-kadang saya PD kalau soal beginian mah* :P
Melintasi Kota Caruban |
Eits..., jadi merembet ke
mana-mana, mari kembali membahas perjuangan silaturahim saja :D
Jadi karena pentingnya
silaturahim ini, bagaimana pun caranya selagi bisa pasti selalu saya perjuangkan
untuk terlaksana. Seperti saat mudik lebaran, sudahlah setahun sekali
pulang. Jadi bagaimana caranya pasti sekuat tenaga saya dan suami meratakan
kunjungan meski hanya sekejap.
Lebaran 2015 lalu merupakan salah
satu perjalanan silaturahim yang luar biasa kami. Karena daftar keluarga dan kerabat
yang ditengok bertambah.
Dari Jakarta, saya dan suami ke
Bojonegoro, kampung halaman suami. Kami stay di sini sambil menunggu Kris dari
Banjarmasin yang baru akan datang beberapa hari setelah lebaran. Sambil
menunggu kami melakukan perjalanan ke Ngawi dan Sragen.
Nganjuk, tetangganya Bojonegoro nih :) |
Di Ngawi adalah adik dari suami,
meski sudah jadi saudaran tujuh tahun baru kali ini saya sempat mampir ke sana.
Selama ini kami hanya bertemu di rumah keluarga Bojonegoro atau di Surabaya,
kota tempatnya bekerja. Sedangkan Ngawi adalah rumah keluarga sang istri.
Dari Ngawi kami menlanjutkan
perjalanan ke Sragen. Menemui sahabat saya tercinta. Sahabat yang saya kenal
saat masih sama-sama berjuang jadi salah satu “Laskar Pelabuhan Tajung Priok”. Haduh,
mulai lebay deh bahasanya hahaha.
Isi bahan bakar motor & istirahat meluruskan kaki di salah satu Pom Madiun |
Tapi memang benar kok, saya
mengenalnya saat masih tinggal di pelabuhan. Meski bersahabat terbilang baru,
tapi hubungan kami cukup dekat. Sahabat saya selama ini kerja jauh di negeri
seberang. Baru beberapa tahun belakangan kembali stay di Sragen karena memiliki
buah hati. Jadi ceritanya sambil menengok buah hatinya yang imut-imut dan
cantik itu. Dan ini pertemuan kami setelahah tiga tahun. terkahir berjumpa saat
saya masih pakai celana pendek, dan sekarang tiga tahun kemudian saya sudah
insyaf *uhuk* hahaha.
Melintasi Kediri menuju Tulungagung |
Kemabli ke Bojonegoro kami
melanjutkan ke Tulangagung, ke keluarga besar Ibu saya. Semua saudara, jauh
dekat meski sebentar saya berusaha memunculkan batang hidung ke mereka.
Untuk sekedar melepas rindu dan memberi kabar bahwa kami baik-baik saja satu
sama lain. Ke Tulungagung maka tidak lengkap tanpa singgah ke Trenggalek, salah
satu adik sepupu.
Kami juga ke Malang. Ke Pakde
saya yang sudah sangat lanjut usianya, jadi kami yang muda-muda ini wajib hadir
untuk sungkem ke sana. Yang mengasyikan ke Malang, kebetulan sekali rumah Pakde sekeluarga dekat kawasan Wisata Batu Malang. Jadi sambil silaturahim, kami
bisa kabur sebentar jalan-jalan.
Itu motor kalau bisa bicara pasti akan berkata "Tuan, aku lelah" hahaha :) |
Selesai Malang dan Trenggalek,
list terakhir Surabaya, keluarga besar Almarhum ayah saya. Di sini sekitar dua
malam, silaturahim sambil menikmati suasana Surabaya yang terus berbenah
dan semakin rapi sejak dipimpin oleh Bu Risma.
Setelah balik ke Jakarta, saya
jadi sedikit kagum tapi juga heran sendiri dengan tubuh saya, suami dan putri
kami Alisha, “Kuat banget ya kami?” Secara hampir semua perjalanan kami tempuh
dengan sepeda motoran saja. Hanya saat ke Malang saja kami naik mobil.
Kampung halaman luluhur |
Dan jangan ditanya juga tentang panas, debu
dan salipan-salipan mengkuatirkan bis AKAP yang terkadang cukup membuat kami
keder juga sepanjang perjalanan. Karena perjalanan kami bisa dibilang lintas propinsi.
Dari Jawa Timur ke Jawa Tengah.
Belum saat menatap perlengkapan perjalanan
kami. Dari jaket, helm motor,
sarung tangan, masker muka dan motornya. Sudah tidak karuan lagi penampakannya.
Menemani perjalanan kami yang tak terhitung lagi sekian jamnya. Melintasi satu kota
ke kota lainnya, demi satu ritual yang saya anggap sangat penting yaitu silaturahim.
Tapi akhirnya yang terucap hanya
Alhamdulillah, dan berdoa semoga selalu diberi kesehatan dan umur panjang. Sehingga
lebaran berikutnya masih tetap bisa melakukan ritual silaturahim yang sama.
podo mbak selama g berantem ngusik aku aku ra peduli omongane orang wkwkwk
BalasHapusiku adoh men mlaku2ne :o
Bersih banget udara kediri
BalasHapusperjalanannya asik banget ya mak.. salut juga sama mak dan keluarga, lakuin perjalanan lintas propinsi pakai motor. Tapi, yang utama dinikmati dan silaturahminya itu ya mak..
BalasHapus