Pertama kali mengunjungi pulau Bali,
pulau impian banyak wisatawan dunia untuk pertama kali, tentu perasaan excited menggelayuti hati. Meski singkat
dan tidak bisa menjelajah ke banyak tempat, paling tidak sudah mengobati rasa
penasaran. Karena yang utama memang silaturahim #ArisanIlmu.
Sebenarnya pada libur lebaran
lalu saya dan suami sudah merencanakan untuk jalan ke Bali, tapi rencana
jauh-jauh tersebut harus berbelok dan berubah arah, menjadi trip seru lain
bareng keponakan di Bromo. Tapi tak apa, karena kami kembali memasukan Bali di
rencana “sekalian” liburan Lebaran 2016, semoga terwujud.
Tapi dalam kunjungan singkat satu
malam saat Arisan Ilmu tetaplah berkesan. Setelah selesai rangkaian diskusi
Arisan Ilmu, esoknya saya ditemani Mak Vina yang cantik, dengan buah hati dan
suaminya yang baik hati banget jalan-jalan ke kawasan Bedugul. Itulo, kawasan
wisata keren yang jadi gambar di uang Gocab alias lima puluh ribu.
Beruntungnya, suami mak Vina
sudah jadi warga Bali cukup lama jadi tahu banyak sejarah lokasi wisata, budaya
dan kebiasaan masyarakat Bali.
Menjadikan sepanjang jalan tidak ada sedetik pun terlewatkan dengan
cerita-cerita menarik, dari yang indah, hingga misterius. Termasuk sejarah
kawasan Bedugul.
Berdasarkan cerita Bang Marvin,
suami mak Vina, Bedugul yang lokasinya berjarak kurang lebih 55 Km dari
Denpasar adalah salah satu kawasan yang menjadi simbol eratnya hubungan antar
umat beragama.
Kawasan Bedugul dulunya adalah
tempat pemberhentian para Ulama Muslim yang ingin menyebarkan Islam dari Tanah
Jawa. Namun terhenti di Bedugul yang daerahnya memang dekat dan searah dengan
pelabuhan penyebrangan Bali Jawa. Pemuka Umat Hindu di Bali yang merasa
kehadiran Muslim sebagai ancaman membuat pertahanan untuk mencegah Ulama masuk
lebih jauh ke daerah Bali. Terutama kawasan Denpasar.
Mendengar pertahannan yang
dibangun Umat Hindu di Denasar, para ulama Muslim dari Tanah Jawa berhenti di
Bedugul. Hingga akhirnya menetap dan berkembang dari dan di Bedugul. Agama Islam
berkembang dari kawasan ini. Dan seiring berjalannya waktu, masing-masing tidak
lagi saling menganggap ebagai ancaman, tapi hingga sekarang justru hidup rukun berdampingan. Bahkan ke
seluruh kawasan Bali.
Nama “Bedugul” adalah perpaduan
dari “Bedug” dan “Kukul”. Sarana atau alat yang digunakan dalam Ibadah Umat
Muslim dan Hindu.
Dengan ikatan kuat dan toleransi
yang tinggi antar umat beragama dengan keyakinan berbeda, di Bedugul berdiri
Pura Ulun Danu tempat Umat Hindu beribadah. Dan Tak jauh dari sini, berdiri
juga masjid besar Al Hidayah.
Bang Marvin juga menceritakan
bagaimana Sultan Brunei ke Bali dan memaksa untuk sholat Jumat di masjid ini.
meski harus menempuh perjalanan yang lumayan jauh. Sehingga menimbulkan
kemacetan luar biasa sepanjang jalur ke arah Bedugul Tabanan. Tapi kemarin saya
lupa untuk mengambil foto masjid ini, hanya lewat dan mendengar ceritanya saja L
Daerah Religius
Karena kondisi ini, Bedugul
menjadi salah satu kawasan religius di Bali. Dilarang keras mendirikan bangunan
untuk usaha semacam Bar. Hany untuk wisata Religi dan Budaya.
Dan ada satu cerita sejarah lagi
yang saya dapat dari Mak Vina dan suami. Dulu ada pengusaha dari keluarga
penguasa yang memaksa mendirikan hotel di kawasan Bedugul. Meski sudah ditolak
masyarakat setempat, apa daya. Pembangunan terus berjalan.
Namun setelah jadi, hanya
berjalan satu tahun. Dari cerita mulut ke mulut penyebabnya adalah minimnya
hasil yang diperoleh alias bangkrut, karena banyak wisatawan yang menginap
diganggu oleh “penunggu” kawasan tersebut. Wallahu a’lam.
Unik dan khas
Kekuatan Budaya dan nilai religi di Bedugul menjadikan
kawasan wisatanya sangat unik dan khas. Sepanjang jalan akan terlihat perepuan
Bali berjalan mengenakan pakaian khas Kebaya Bali dan di
atas kepala ada sesembahan untuk ibadah.
Peribahasanya “Setinggi apapun posisi dan jabatanmu, maka
waktunya berjalan dan mengangkat sesembahan ibadah di Kepala, semua berlaku
sama”. Pelajaran penting, apapun posisi
dan jabatan kita, di depan Yang Maha Kuasa kita sama.
Masuk kawasan Pura Ulun Danu, hal yang sama juga terihat. Masyarakat
asli setempat dengan pakaian khas mereka siap melakukan ibadah.
Meski wisatawan seliweran, mereka tetap ramah dan meneruskan
aktivitas mereka beribadah tanpa terganggu. Begitu juga dengan wisatawan yang
seperti kami, sangat senang melihat kekhasan Budaya yang menjadi daya tarik
luar biasa.
Akhirnya, saya cukup kagum dengan keindahan bagian dari
Negara saya tercinta ini. Dan wajar menjadi daya tarik jutaan wisatawan
mancanegara. Tidak hanya tentang keindahan alamnya, tapi juga Bali dengan adat
istiadat dan budayai mereka yang tetap bertahan dan terjaga keasliannya meski
pintu tetap terbuka lebar untuk wisatawan dari berbagai mancanegara. Karena inilah
daya tariknya, yang hanya ada di sini, di Pulau Bali.
Sampai ketemu lagi di liburan berikutnya Bali, untuk menjelajah
lebih jauh lagi keindahan alam dan budaya mu yang mempesona.
berasa di jaman antah berantah ya mbak..masih khas banget
BalasHapussaya kayanya ga sempet ke Bedugul. indah ya mak :)
BalasHapusayo kita piknik ke Baliiiiii
BalasHapusWah baru tahu Bedugul itu asal katanya dari Bedug dan Kukul. Bedugul menurutku menarik ya. Soalnya di sini ada masjid yang lumayan besar. Padahal Bedugul sendiri kecil. Malah Ubud yang besar tidak ada masjidnya :(.
BalasHapuswahhh foto2nya eksotis!mak,fotonya pake kebaya khas bali dong,heeee..
BalasHapusYg begini yg ga nahan di bali. Bukan sekadar wisata pantai, yg dahsyat justru wisata budaya. Kearifan lokal yg terus dijaga. Kapan ya bisa main ke Bedugul.. :-)
BalasHapusBesok kalo ke Bali lagi, aku pengen ke Bedugul, ah. Lokasinya tampak tenang dan nyaman, ya.
BalasHapus