Dari satu titik perbukitan sebelum sampai ke sini |
Perbukitan yang berliku dan naik
turun, terkadang datar terkadang sangat curam. Kanan kiri dikelilingi tanaman
para petani juga pepohonan yang mulai memunculkan bunga-bunga musim semi. Beberapa
titik terdapat Ibu-ibu penjual minuman dan makanan ringan. Tak dipungkiri, perjalanan
ini sangat melelahkan, bahkan masuk dalam tahap membuat ngos-ngosan dan sesak
nafas untuk saya.
Ini adalah perjalanan menuju ke
Pantai Coro, sebuah pantai yang mulai menggaung namanya sebagai salah satu
tujuan wisata di kota Tulungagung. Begitu banyak pendapat memikat tentang
Pantai yang berada disekitaran Pantai Popoh ini, sehingga membuat penasaran
banyak pengunjung termasuk saya.
Untuk Pantai Popoh sendiri saya
sudah dalam tahap “lulus” sebagai pengunjung karena sudah sering banget ke
sana. Tapi saya baru tahu ada Pantai Coro di sekitar Popoh, sejak kemunculannya
di sebuah program wisata di TV Nasional
yang akhirnya membuatnya cukup populer di kalangan pengunjung.
dari titik lainnya di jalur perbukitan menuju Pantai Coro |
Akhirnya libur tahun baru 2016
lalu kesampaian juga ke sini berdua dengan Mak Fadlun. Setelah sebelumnya
ragu-ragu, pergi atau tidak karena waktunya sudah sangat mepet. Dan saat sampai
di Retjo Sewu, titik awal menuju ke Pantai Coro dan bertanya ke penduduk
setempat akhirnya kami memutuskan untuk pergi.
Salah satu peringatan di jalur menuju Pantai Coro |
Kesan pertama saat baru berjalan
beberapa langkah adalah “Gila, pasti bakal capek banget perjalanannya. Karena ada
fasilitas ojek dengan motor trail segala bokk!”. Ojek motor trail ini
ditawarkan dengan harga Rp 15 ribu sekali jalan untuk satu orang. Jadi kalau
pengunjung ngojeknya tumpang dua sekaligus, harga tetap dihitung perorang.
Tapi karena penasaran, akhirnya
kami tetap memilih berjalan kaki saja. Tapi pesan ke si mas ojek agar naik menjemput
di waktu yang sudah kami perkirakan untuk kembali.
Aslinya sudah benar-benar nggak kuat lagi, tapi kasian Miss Fadlun kalau saya pinsan beneran :))) |
Sepanjang jalan menuju ke Pantai
Coro selain pemandangan yang sejuk, kami juga diiringi sapaan dan senyuman ramah
penduduk setempat yang kami temui sepanjang perjalanan. Mereka sebagian
terlihat sedang beristirahat di sekitar kebun yang ditanam di perbukitan di
kanan kiri jalur menuju Pantai Coro.
Melihat kontur tanah jalanan yang
mengeras karena terik panas, terlihat jelas kalau hujan medan akan akan semakin
sulit dan mengkuatirkan di kawasan ini. Beberapa titik sangat curam dan sangat
melelahkan. Bahkan ada titik yang diberi tanda “Berbahaya”.
Miss Cireng alias Fadlun yang kurang kerjaan banget, hobinya motoin kaki :P |
Dan setelah setengah jam bermandi
keringat dan ngos-ngosan akhirnya sampai juga kami di Pantai Coro yang indahnya
memang Subahanallah banget ya teman-teman. Terdengar suara riuh ombak yang
semakin sore semakin kencang, ditingkahi riuh sekelompok anak muda yang bermain
dan berenang dengan gembira. Dengan kamera anti airnya mereka menyelam, foto,
selfie dan saling huru-hara dalam air, benar-benar suasana yang sempurna untuk
mengembalikan kesadaran saya yang serasa berada di titik nol karena kelelahan
luar biasa.
Kami sempat bikin ini loh di Pantai Coro, My Lovely Community :D |
Ya, sampai di sini saya tidak
bisa langsung menikmati alunan merdu suara debur ombak yang bergulung indah ke
tepi pantai. Menyapu pasir-pasir dan bebatuan sekitarnya. Tapi langsung rebahan
di sebuah pondok yang sepertinya sih tempat jualan penduduk setempat saat
pengunjung ramai. Bahkan saya butuh waktu hingga 15 menit untuk bisa menetralkan
nafas dan tubuh.
Lalu saya tiba-tiba kagum dengan
Miss Cireng alias Mak Fadlun yang tetap terlihat fight dan langsung motret-motret. Kalau teorinya sih sepertinya
karena body dia lebih ringan dan sedikit lemak :P
Tapi setelah berjalan setengah
jam dari titik Retjo Sewu sampai ke Pantai Coro saya merasa berat badan
langsung turun hingga 5kg loh *jangan anggap ini ilusi ya* :P
Saat berfikir ini, saya serasa
mau banget jalan bolak balik ke Pantai Coro, biar terlihat langsing dan tirus
gituh. Jadi judulnya “Olahraga menurunkan lemak di Pantai Coro!”
Duo emak terong yang lagi ngetrip :P |
Pantai Coro tidak begitu luas
seperti Sidem atau Prigi di Trenggalek. Kecil dan agak tersembunyi dibalik
bukit. Pasir putih terhampar dipesisirnya, sangat memanjakan kaki saat
menginjak dan memainkannya. Dikelilingi karang perbukitan yang cadas dan kokoh
meski setiap hari ditempa ombak yang tinggi dan cukup keras menghempas.
Sayang sekali kami tidak prepare
untuk renang, jadi tidak membawa ganti dan peralatan mandi, jadi hanya bisa
menonton keseruan pengunjung yang tidak banyak dan didominasi anak-anak muda
(ya kali kalau Ibu saya yang diajak ke sini dan jalan kaki bisa-bisa pingsan
beneran) bermain air dengan bebas dan gembira.
Sarannya tetap sama, butuh perhatian
khusus untuk kebersihan dan fasilitas umumnya yang masih sangat sederhana serta
kurag memadai.
Akhir kisah perjalanan dua
emak-emak heboh ke Pantai Coro adalah pulang naik ojek motor trail langsung
berdua. Alias tumpang tiga sama abang gojeknya. Sepertinya Mak Fadlun takut
saya pinsan di jalan :D
Warna pasir pantainya terlihat merah mudah ya mbak. Suka fotonya, mengundang untuk datang :)
BalasHapusIya mbak, ke sini buruann, keren banget loh ^_^
HapusMain2 di pantai itu asyik banget ya Mba.. Aku juga sangat suka pantai.. Rasanya gimana gitu kalo pas berada di pantai.. melihat hamparan pasir ..kadang bebatuan.. trus ada gelombang menggulung di laut.. Seru banget main di pantai..
BalasHapusIntinya bikin malas pulang, beneran berasa mau tidur di situh >.<
HapusPantainya indah banget, jadi pengen nyoba main kesana,
BalasHapusLiburan sambil olahraga,,,
BalasHapusWah susah ya medannya untuk mencapai pantai itu ><
BalasHapusbagusss bangettt yaa
BalasHapus