“Terkadang
kebahagiaan sesederhana pada bagaimana kita menikmati, mensyukuri dan
menghargai yang kita miliki”
Itu yang terpikir saat melihat
puluhan Ibu-ibu dan bapakbapak yang sudah tidak muda lagi berderet panjang
sambil menarik tali jala penuh ikan di pinggir pantai. Wajah-wajah legam yang
setiap hari terpapar teriknya sinar matahari sudah mulai basah oleh peluh. Pakaian
yang menutup rapat ujung rambut hingga kaki mereka terlihat lusuh dan sudah
usang, dilengkapi penutup kepala yang ala kadarnya.
Tapi raut mereka tetap terlihat
ceria dan penuh tawa. Terutama saat jala sudah mulai menyentuh pasir pantai,
ikan-ikan yang terjerat di dalamnya mulai dikumpulkan. Terdengar tawa dan
obrolan riuh yang menggambarkan kebahagiaan.
Pantai Prigi Trenggalek |
Sebuah perjalanan itu menurut
saya sejatinya adalah belajar tentang kehidupan. Bertemu banyak orang, melihat
hal baru, pengalaman baru dan hal-hal yang yang terkandang di luar pemikiran
kita. Dan membuat kita cukup “wow” untuk memahaminya.
Tidak mudah & tidak asal tarik, Pantai Sidem Tulungagung :) |
Seperti yang saya alami saat
liburan ke pantai akhir tahun lalu. Pantai Prigi Trenggalek dan Sidem Tulunggagung.
Ini bukan pengalaman pertama jalan-jalan ke sini, dan yang sekarang sebenarnya
lebih pada “Jadi guide Miss Cireng” tapi
tetap saja banyak hal baru yang menambah rasa nano-nano dalam lubuk hati saat
ke sini.
Tentang kehidupan nelayan. Sepertinya
awal baru tahun adalah masa di mana ikan-ikan sedang banyak dan produktif
beredar di lautan. Sehingga waktu kami jalan-jalan ke sini, banyak aktivitas nelayan
terlihat di sepanjang pinggir pantai.
Ini juga tentang kerjasama, Pantai Sidem Tulungagung |
Saya dan Mak Fadlun iseng ngobrol
dan mengikuti semua kativitas mereka menarik jala. Melihat hasil tangkapan
mereka, dan menanyakan banyak hal yang sangat menarik untuk dikulik.
Ternyata penarik jala ini adalah para
pekerja yang mendapatkan bayaran sekitar Rp 50 ribu untuk sekali aktivitas
penarikan. Mereka menarik jala milik juragan kapal yang sudah terisi ikan
setelah mengarungi laut sekitar 4-5 jam.
Menarik jala ternyata tidak
mudah, butuh banyak orang dan tidak asal main tarik saja. Harus membuat patok
kayu yang jaraknya jauh ke belakang dari bibir pantai. Patok kayu juga harus
menggunakan gada kayu besar saat memasangnya, tidak mudah menurut saya saat
melihat semuanya. Tapi dengan sekuat tenaga seorang Ibu-ibu yang usianya sudah
tidak muda lagi melakukannya.
Saat perahu nelayan sudah sampai
di pinggir, para bapak-bapak langsung menahan jaring bagian titik terbanyak
tempat ikan terkumpul. Dan dalam jaring yang lebar dan besar itu, ada
bagian-bagian lain yang tersebar agak luas satu dua ikan kecil-kecil yang
tersangkut. Bagian ini diambil dan dikumpulkan oleh para penarik jala untuk
sendiri. Tidak digabung dalam keranjang bambu besar tempat ikan utama
dikumpulkan. Karena hasil utama mayoritas ikannya besar-besar.
Hasil tangkapan utama sudah
ditunggu juragan pengepul dengan mobil baknya di tepi pantai. Di sini ikan dipilih dan dipisah berdasarkan jenis dan ukuran. Ada beberapa orang lagi yang
bekerja pada bagian ini.
Tentang hasil yang diharapkan, Sidem Tulungagung |
Melihat semua aktivitas ini,
melihat wajah-wajah berhias senyum cerah tanpa terhalang teriknya matahari,
panasnya pasir pantai yang menusuk kulit kaki, hingga asinnya air laut yang
cukup kuat menghilangkan kelembaban kaki. Semua menjadikan saya berfikir “Begitu
sederhana terkadang untuk melihat standart keindahan, kebahagiaan”.
Entah mereka melakukannya “Karena
tidak ada pilihan” atau karena memang “Sudah mendarah daging” atau “Karena sudah
terbiasa” intinya kehidupan mereka yang terlihat sangatlah sederhana dan
terlihat tanpa banyak huru-hara dan ambisi membabi buta.
Bahkan dengan sangat mudah baper
dan emosi saat dikejar DL, padahal terkadang salah sendiri saat senggang tidak
segera dituntaskan. Malah milih stalking sana-sini tidak jelas. Atau mantengin
wajah-ganteng Song Jong Ki yang baru keluar Wamil malah terlihat semakin kece
badai :P
Atau saat jaringan tiba-tiba
error, meski cuma setengah jam tapi sudah menimbulkan perasaan “Dunia serasa
kiamat”. Dan sibuk ngomel-ngomel tidak jelas dan semua-semua jadi sasaran. Jangankan
untuk tersenyum dan menyapa ramah, bahkan untuk bernafas saja sudah seperti
habis olahraga keliling Senayan 10 putaran.
Dengan mudah tersinggung hanya
karena merasa diri yang diletakan di tempat tertiggi penuh kepongahan ternyata
tak dilirik oleh orang lain.
Dan membayangkan ini, saya jadi
menepuk jidat sendiri. Terkadang butuh dicolokan sesuatu di depan mata baru
kesadaran muncul di hati. Bahwa hidup adalah intinya bersyukur dan bersyukur. Kalau
masih ada kesulitan berarti kita memang orang yang terpilih, karena memang
sudah ditakar untuk mampu malaluinya.
Dan perjalanan memang tentang
belajar, tentang melihat dinamika isi dunia. Di mana kita hanya setitik kecil
di dalamnya. Di mana kita terkadang hanya merupakan serpihan-serpihan kecil
saja dari luasnya dunia.
Dan ini tentang memaknai sebuah perjalanan |
Karena itu saya sebenarnya setuju
dengan ledekan tentang “Butuh piknik” untuk orang-orang yang suka rungsing dan
mulai ngeselin. Entah karena sedang dikejar DL, atau karena sedang baper saja
atau karena hal-hal lainnya. Karena menurut saya sebuah perjalanan piknik yang
sebenarnya benar-benar memberikan makna untuk yang benar-benar menikmatinya.
Tapi kalau sudah hobi dan sering
melakukan perjalanan ternyata tetap ngeselin dan rungsing? Sepertinya layak di
riset “Apa tujuannya melakukan perjalanan?”. Ya mungkin untuk menghabiskan uang
receh di dalam dompet kecenya yang sudah meluap hehe :D
Mulai sekarang nikmati dengan
seksama setiap perjalanan yang kalian lakukan. untuk mendapatkan makna terdalam
sebuah dinamika luasnya dunia.
saya butuh piknik banget makk hehehe...
BalasHapusselalu ada pelajaran dalam setiap perjalanan ya mak,kebayang gmana susahnya narik,padhal rame2..
Bener banget, tergantung kita yang meresapinya, mampu atau tidak ^_^
HapusPantainya bersih banget ya mbak udh lama ngak pantai neh saya :)
BalasHapusPiknik model begini seru ya mak, aku suka :D. Selalu ada kesan dan pengalaman baru.
BalasHapusMak icoel puitis bgt ternyata, 1st time main kesini *love it*:) perjuangan yg tdk mudah y mak utk mrk,reminder bagi qt utk sll bersyukur
BalasHapusJepara byk nelayan, tp kalo perempuan blm pernah liat, Mak. Jd inget drakor dimana byk wanita senja jd nelayan kerang
BalasHapus