Nama Garin Nugroho selalu menjadi daya tarik tersendiri
untuk menarik perhatian penonton saat memutuskan menonton sebuah film. Menurut saya
sih begitu :D
Dan nama besar Sutradara kesohor
ini yang menarik saya membeli tiket dan duduk manis di kursi bioskop untuk
menonton karya terbarunya “Aach...Aku Jatuh Cinta” . Film drama romantis bercampur agak-agak komedi yang
menampilkan Chiko Jerico dan Pevita sebagai pemeran utama.
Karena kalau hanya melihat dari
sisi pemain saja, saya masih belum bisa sreg 100% menerima Chiko di layar
lebar. Masih selalu terbayang akting monotonnya di sineron striping televisi
nasional, yang panjang episodenya bikin mules. Ituloh, jaman-jaman Chiko
gandengan sama mbak Bella dan berkating bareng :P
Jadi saat menonton film-filmnya
di layar lebar, termasuk di “Aach...Aku Jatuh Cinta” saya juga berharap aksinya
mampu mengikis pelan-pelan tapi pasti bayangan kelam saya terhadap sosok Chiko
di sinetron striping Indonesia yang sudah sejak lama saya khianati dan
berpaling ke drama Korea.
Meski terdengar lebay, ya mau
gimana lagi. Padahal aksinya sudah cukup banyak di layar lebar dan sebagian
besar juga sudah saya tonton. Meski tidak semua saya tuangkan dalam blog
setelah menontonnya.
Tapi mari lupakan dulu curhat
saya tentang Chiko, mari kita foukus pada kisah romantis nan mendayu dari “Aach...Aku
Jatuh Cinta”.
Film “Aach...Aku Jatuh Cinta”
sendiri mengisahkan perjalanan cinta dan persahabatan Rumi (Chiko) dan Yulia
(Pevita) sejak kecil yang hidup sebagai
tetangga. Hubungan mereka terjalin penuh dinamika rindu dan benci.
Menjadi sahabat sejak kecil, melakukan banyak aktivitas bersama. MEmbuat simbol-simbol kebersamaan, seperti memasukan pesan dalam botol
limun dan menanamnya di suatu tempat bersama.
Sedari kecil Rumi sudah
menunjukan perhatiannya pada Yulia dengan bermacam cara. Selalu menimbulkan
masalah untuk menarik perhatiannya adalah cara yang selalu ditempuh oleh Rumi
untuk selalu bisa berada dekat dengan Yulia. Yulia sendiri antara mau dan tidak
mau dengan semua perhatian yang diberikan Rumi.
Kegaduhan dua sosok ini berlanjut
bahkan hingga mereka dewasa dan masing-masing memiliki kehidupan sendiri. Sudah
saling terpisah lama, jauh tapi tetap tak bisa saling melepaskan diri satu sama
lain.
Aslinya saya juga bukan ahli jadi
seorang pengomentar film secara keseluruhan dari berbagai segi. Terutama dari
segi sinematografinya misalnya, karena saya aslinya adalah penikmat cerita dan penonton
yang butuh hiburan.
Jadi secara cerita film ini sudah
bisa ditebak endingnya, bahkan sejak saya membaca sinopsis singkatnya di site
bioskop. Hanya saja sang sutradara yang memang piawai mampu menghadirkan
keunikan-keunikan lain dalam menjalin ceritanya dari awal hingga akhir.
Menghubungkan sosok utama melalui
simbol unik yang tak terlupakan. Seperti lipstick,
botol limun dan beha merah. Benda-benda yang menjadi penghubung Rumi dan Yulia,
hingga mereka sulit melepaskan diri satu sama lain.
Setting tahun 80’an juga menjadi
daya tarik sendiri. Dengan kesan vintage
menjadikan sosok yang hadir sepanjang film menjadi sangat eksotis, baik dari
segi penampilan maupun dialog. Jadi jangan bayangkan dialog yang terjalin biasa
saja, dialog yang terjalin bagai puisi yang berkumandang di sebuah panggung. Tapi
bagi yang kurang suka dialog mendayu-dayu bagai puisi, jangan nonton deh :D
Daya tarik kisah hanya berkutat
pada Rumi dan Yulia? Tentu tidak! Ada Ibu Yulia yang menjadi daya tarik sendiri
dengan kegigihannya mendidik Yulia sebagai single mother. Bahwa ditinggal
pasangan itu meski berat tapi bukan berarti kiamat.
Atau kisah kedua orang Rumi yang
tampil dalam porsi yang tidak terlalu banyak tapi menggambarkan banyak situasi
yang cukup menyentuh hati.
Jadi, diluar curhat saya yang
masih berjuang menghilangkan bayang-bayang akting striping Chiko Jeriko yang
sekarang mulai terlihat manly di semua karyanya di layar lebar, film ini
memang cukup menarik, menghibur dan berkesan.
Belum nonton? Sayang banget,
karena di sebagian bioskop sudah turun, tidak tayang lagi. Termasuk di Sunter Mall
tempat saya menonton. Jadi kalau masih penasaran belum nonton, tunggu di layar
kecil saja, meski kurang asyik. karena beda pastinya gregetnya dengan menonton di layar lebar :D
Belum nonton. Baca tulisan ini jadi pingin nonton. Tapi aku pingin nonton karena ada Chico yang main haha
BalasHapusromantis banget ini filmnya, Mak iceol nanton berdua harusnya :)
BalasHapushahah bener tuh katak mbak lidya xD harusnya nonton berdua, apa perlu tk temeni :D heehe
Hapusaku juga mau loh nemenin mbaknya nonton :D
HapusChico laris jg jadi bintang film
BalasHapusaku jutuh cin........ hehehehehe
BalasHapus