Uh… Baru beberapa hari tayang di bioskop film London Love Story udah raih penonton ratusan ribu! pic.twitter.com/F3j50VlYqn— IG: loveable.redaksi (@Loveableous) 10 Februari 2016
Kalau nonton film “Aach...Aku
Jatuh cinta” karena melihat sutradaranya, maka yang membuat saya rela
mengeluarkan uang untuk membeli tiket London Love Story adalah tulisan “Tiket London
Love Story pukul (2 waktu penayangan) sudah
habis” di meja penjual tiket bioskop Sunter Mall saat saya sedang antri membeli
tiket untuk film lain.
Kedua, ini salah satu film yang
bertahan agak lama di jadwal tayang bioskop Sunter Mall. Bahkan saat film lain
yang digarap sutradara ternama sudah pada turun, film ini masih bertahan. Inilah
yang membuat saya akhirnya penasaran. Dan ternyata setelah stalking-stalking, ini film terlaris di awal 2016.
Meski jujur saja, tanpa bermaksud
tinggi hati dalam mengomentari sebuah karya aslinya saya sudah punya bayangan
ceritanya seperti apa melihat berdasarkan deretan para pemainnya. Karena apa? Karena
pemainnya adalah deretan pemain sintron striping (lagi-lagi yah...:D) yang
tayang hampir tiap hari di layar TV. Tapi tak apalah ya, mari belajar menyelami
dunia remaja, untuk bekal mendapingi anak di masa depan. *Aslinya saya juga butuh hiburan, makanya nonton* :P
Kenapa? Karena saya yakin
penonton film ini didominasi remaja-remaja abege tanggung yang sedang
heboh-hebohnya mengidolakan banyak artis bergenre
remaja. Meski Dimas Anggoro dan Dion Wiyoko sendiri sebenarnya bukanlah remaja
lagi.
Film yang diangkat dari novel
berjudul sama ini dibuka dengan scene ala-ala...(bingung mendeskripsikannya) :D
Pemudah kaya, ganteng, dengan
mobil keren yang harganya entah berapa karung kalau duitnya berbentuk cash. Clubing
di sebuah tempat nongkrong hot di kota London. Hore-hore, say hai dengan semua.
Tapi ekspresi mukanya menggambarkan kekosongan alias menyimpan beban yang masih
belum terselesaikan.eh pulang clubing nemuin cewek (yang kebetulan) Indonesia
mau bunuh diri di jembatan terkenal Kota London.
Udah bisa nebak kan
kelanjutannya? Pemuda ini sudah ganteng, baik pake banget ya pasti akhirnya
menolong si gadis yang akhirnya pingsan. Membawanya ke apartemennya. Pemuda ganteng
impian banyak remaja ini adalah Dave (Dimas Anggara).
Karena karakter Dave yang
ganteng, baik, tidak sombong dan suka membantu dengan memberi uang tentu saja
Adelle jadi jatuh cinta dan terus berputar di sekeliling Dave.
Di lain sisi ada seorang gadis
Indonesia, Caramel (Michelle Ziudith) yang sedang menempuh pendidikan di
London. Untuk mengisi waktunya, Caramel juga nyambil kerja di sebuah cafe kecil
di London.
Sosok anak gadis yang digambarkan
sangat fashionable dengan coat kece, sepatu booth trendi, syal penghalau dingin
London tersambil di lehernya. Ditambah kalungan headphone di leher yang selalu menemani
hari-harinya.
Anak gadis cantik, ceria dan ayu,
tentu saja akan selalu ada cowok yang nguber. Muncul sosok Bimo (Dion Wiyoko)
pemuda ganteng yang naksir berat, selalu berputar-putar di sekitar Caramel. Memberi
perhatian yang luar biasa, membawakan makanan, ngajak jalan. Impian remaja
banget ini :P
Tapi di sinilah pangkal kisah
film ini, Caramel menolak Bimo pastinya. Karena Caramel menyimpan luka masa
lalu, luka yang akhirnya membawa langkah kakinya terbang ke London. Dan ternyata
Bimo adalah sahabat dekat Adelle (Adilla Fitri) si cewek yang mau bunuh diri dan
ditolong Dave.
Kisah bergulir dengan
persahabatan yang akhirnya terjalin antara Caramel dan Adelle yang
diperkenalkan oleh Bimo. Mereka sering jalan bareng, bermain bareng menyusuri
keindahan kota London.
Hingga akhirnya terungkap
bagaimana hubungan semua tokoh. Bagaimana hubungan Caramel yang masih belum
bisa move on dari masa lalunya. Kenapa
selalu membawa headphone kemanapun
.
Jadi nih, intinya kalau yang
nonton film ini orangnya sudah emak-emak kaya saya jangan pasang ekspektasi terlalu tinggi. Membayangkan hal-hal
unik dan mengejutkan terjadi dalam rangkaian film ini. Terutama saat tahu atau
masih pernah stalking-stalking
sinetron striping remaja atau FTV di televisi buatan rumah produksi yang sama
dengan pembuat film ini.
Karena kalau saya pribadi, jujur
saja di 15 menit pertama melihat jalan cerita sudah terbayang rangkaian
selanjutnya. Kalau boleh jujur lagi, saya jadi serasa nonton sinetron versi
layar lebar. Akting Michelle Ziudith yang sudah tergambar nyata di mata, sesuai
dengan apa yang sering saya lihat selama ini di layar kecil.
Gadis remaja yang menginap di
kamar orang baru dikenalnya karena berbaik hati menolongnya saat akan bunuh
diri dalam keadaan masuk, tanpa membawa apapun, bahkan pakaian harus pinjam
punya tuan rumah tapi bisa tampil cantik dengan make up lengkap menawan.
Jalinan kesalah pahaman yang
terjadi, benar-benar tipikal FTV banget deh pokoknya.
Tapi tetap ada daya tarik dan
menghiburnya sih. Seperti pemandangan indah kota London yang banyak disorot. Dari
siang hingga malam dengan kerlap kerlip lampu kotanya yang menawan. Benar-benar
menggoda iman untuk rajin nabung supaya suatu saat bisa ke sana :D
Diimbangi keindahan Bali yang
mempesona, meski porsinya tidak banyak. Dari Tari kecak hingga sunset yang
bagai lukisan abstrak jingga di dinding
langit menjadi latar belakang scene
Caramel dan Dave di dalam mobil sambil bersenandung bersama penuh tatapan dan
tawa cinta di Jembatan Selat Bali.
Intinya untuk emak-emak yang
butuh tontonan untuk sekedar hiburan, me
time bareng anak remajanya film ini sih rcommended.
Tapi kalau butuh tontonan yang agak berat, butuh pemikiran dalam untuk memahami
setiap dialog dan tebak-tebak deg-degan endingnya, maka jangan nonton deh.Yang ada kalau hobi nulis & bikin
review isinya bisa-bisa kritik semua. Karena menurut saya aslinya film ini
memang benar-benar menyasar penonton remaja, abege :D
Tapi gara-gara nonton filmnya,
saya jadi penasaran untuk membeli novelnya. Karena biasanya selalu memiliki
rasa yang berbeda saat menikmati novelnya.
hiks aku belum nonton mak, gak ada temennya
BalasHapusiya juga ya,pemainnya anak2 ftv hehehe...
BalasHapusAlhamdulillah ga nonton..haha takut baper aku mak Icoel
BalasHapusPernah liat banner film ini di jalan dan penasaran pengen nonton. Belum kesampean belum lagi banyak film lain yang bikin galau milih :D
BalasHapusMak Icoel, aku dulu sering nonton di Sunter Mall karena deket sama tempatnya tanteku dan segmentasi penonton disana memang kebanyakan abg tanggung seputaran Kemayoran-Tanjung Priuk atau pekerja di PT sekitaran situ, hihi. Jadilah ngga heran kalo film kayak begini laku keras. Btw, soal filmnya, romansanya juga kayaknya hampir sama sm Remember When, film Michele Ziudith sam Dimas Anggara yg sebelumnya. Karakter tokohnya kayak yang template aja gitu.
BalasHapus